Dulu Anggap Bukan Musuh, Jenderal Dudung Sekarang Minta KKB Ditindak Tegas
KSAD meminta prajurit TNI AD untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam setiap pelaksanaan tugas.
JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman meminta jajarannya untuk menindak tegas kelompok separatis teroris (KST) atau kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Tatang Subarna, KSAD Jenderal Dudung Abdurachman mengutuk keras aksi biadab yang dilakukan oleh pelaku penembakan terhadap prajurit TNI AD di Pos Koramil Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Kamis (31/3/2022) pagi WIT.
Selain menyiksa dan menembak pasangan suami istri Sertu Eka Andriyanto dan Bidan Sri Lestari Indah Putri, kelompok tak dikenal juga memotong jari anak kedua korban. "KSAD memerintahkan kepada Pangdam XVII/Cenderawasih (Mayjen Teguh Muji Angkasa), untuk mengejar pelaku penembakan sampai dengan diketemukan dan dilakukan proses secara hukum," kata Tatang dalam siaran di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, KSAD juga memerintahkan kepada seluruh prajurit TNI AD yang melaksanakan tugas di daerah operasi, untuk tidak ragu-ragu dalam bertindak. Tatang menegaskan, tindakan tegas terhadap pihak tertentu yang mengancam keselamatan pribadi maupun masyarakat sekitar harus dilakukan. Prajurit juga diingatkan untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam setiap pelaksanaan tugas.
"Selaku pimpinan TNI AD, KSAD turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban dan akan mengurus hak-hak almarhum serta memperhatikan masa depan keluarganya," ucap Tatang.
Pernyataan tegas kali ini berbeda dengan yang disampaikan Jenderal Dudung kala kunjungan kerja di Kodam XVIII/Kasuari Manokwari, Papua Barat Kamis (25/11/2021). Sepekan usai dilantik menjadi KSAD oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Dudung mengunjungi Papua. Dia berpesan kepada anak buahnya untuk merangkul KST agar kembali bergabung ke Republik Indonesia.
"Saya tekankan kepada seluruh anggota yang bertugas, bahwa KKB itu bukan musuh kita, itu saudara-saudara kita yang belum paham tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Dudung kala itu.