Rusia Tolak Tuduhan Ukraina Terkait Pembantaian di Bucha
Gambar mengerikan warga sipil tewas muncul setelah penarikan pasukan Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin pada Senin (4/4) mengatakan bahwa pihaknya tidak menerima tuduhan apa pun terkait dengan situasi di daerah Bucha, di ibu kota Ukraina, setelah muncul gambar mengerikan dari warga sipil yang tewas usai penarikan tentara Rusia.
Berbicara pada briefing harian di Moskow, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mendesak para pemimpin global untuk menghentikan tuduhan tersebut terhadap Rusia.
"Kami dengan tegas menolak tuduhan apa pun, topik ini harus didiskusikan pada tingkat setinggi mungkin. Oleh karena itu, Moskow telah mengambil inisiatif untuk mempertimbangkan topik ini di Dewan Keamanan [PBB]," kata Peskov.
Dia mengatakan, informasi tentang pembunuhan warga sipil di Bucha harus dipertanyakan secara serius, menambahkan bahwa video yang muncul empat hari setelah penarikan pasukan Rusia, tidak dapat dipercaya dan para ahli dari Kementerian Pertahanan telah mengidentifikasi tanda-tanda palsu.
"Faktanya, urutan kalender acara juga menentang keandalan pernyataan ini," kata Peskov. Namun, dia menolak menjelaskan bagaimana penyelidikan harus dilakukan.
"Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini sekarang, tetapi inisiatif Rusia untuk membawa topik ini ke Dewan Keamanan mengatakan bahwa Rusia menginginkan dan sebenarnya membutuhkan diskusi di tingkat internasional," kata Peskov.
Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah memicu kemarahan internasional, di mana negara-negara Barat dan sekutu mereka menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.
Setidaknya 1.417 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 2.038 terluka, menurut perkiraan PBB, dan angka sebenarnya dikhawatirkan akan jauh lebih tinggi. Lebih dari 4,17 juta warga Ukraina juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, dengan jutaan lainnya mengungsi, menurut badan pengungsi PBB.