Predator Anak Merebak, Butuh Solusi Tuntas

Predator Anak Merebak, Butuh Solusi Tuntas

Predator Anak
Rep: Ayu Deswanti Rio Dingin Red: Retizen

Bagai jamur di musim penghujan. Kehadirannya lambat laun kian subur. Namun, berbeda dengan jamur yang tidak seluruhnya beracun. Gerak-geriknya sungguh malapetaka bagi peradaban manusia. Ialah sang predator anak.
Meski, berkali-kali melakukan upaya penjagaan ketat bagi buah hati, namun sia-sia belaka. Sebab, nyatanya predator tersebut berada di dekat sang anak. Bahkan beraktivitas sehari-hari bersama anak. Adalah sang ayah sendiri yang tega menyetubuhi buah hatinya.
Seperti yang dilaporkan oleh Radar Kudus (4/4/22), "Seorang pria berinisial S, 35, diamankan Polres Jepara pada Senin (4/4). Pria tersebut diamankan setelah tega mencabuli anaknya sendiri, A, 12. Bahkan, aksi bejat tersebut telah dilakukannya sebanyak lima kali."
Diketahui pelaku memanfaatkan kondisi disaat korban tengah sakit dan rumah sedang sepi. Sang ayah memaksa dan mengancam korban untuk menuruti nafsu bejatnya. Kasus ini terungkap setelah korban bercerita kepada ibu kandungnya (Detik.com, 4/4/22).
Sungguh fenomena yang menggambarkan masyarakat yang sakit parah. Data KPPPA 2020 menyebutkan lebih dari 60% kasus kejahatan seksual, pelaku adalah kerabat dekat korban. Penelitian lain bahkan menunjukkan angka yang jauh lebih besar, 85% pelaku kejahatan pada anak adalah orang terdekat (Merdeka.com, 6/3/20).
Hal ini membuktikan bahwa ada yang salah dalam interaksi interpersonal di keluarga. Ironis sekali, rumah yang seharusnya menjadi tempat aman, berbalik menjadi tempat yang mengerikan.
Mandulnya Regulasi sebagai Solusi
Kita tidak bisa menutup mata atas kekerasan seksual yang menimpa generasi. Sebab, faktanya kasus yang terungkap seperti fenomena gunung es. Dimana kasus yang tidak nampak di permukaan jauh lebih banyak daripada data-data yang ada.
Sangat disayangkan jika selama ini regulasi yang ada tidak sedikitpun memberikan efek jera kepada pelaku. Keberadaan UU No. 17/2016 tentang perlindungan anak dengan segala macam ancaman hukuman beratnya ternyata tidak berdaya. Predator anak merebak bahkan semakin menggila.
Selama ini, aparat penegak hukum hanya melihat permasalahan dari kulit luarnya saja. Penerapan undang-undang hanya sebatas formalitas. Menjerat hukum, tapi tidak membekas.
Sebab, masalahnya bukan hanya pada perilaku bejat tersangka. Tapi, juga jiwa rusak yang telah dikuasai oleh nafsu setan. Maka, dalam tatanan kehidupan yang dibangun atas asas sekulerisme seperti saat ini, regulasi tidak akan mampu menahan arus kebebasan berperilaku.
Solusi Tuntas Sistem Islam
Pada dasarnya, kekerasan seksual yang menimpa anak-anak selama ini merupakan penyebab yang bersifat sistemik. Maka, agar sepadan solusi yang ditawarkan haruslah bersifat sistemik pula.
Tidak cukup mengandalkan implementasi hukum dengan ancaman hanya 15 tahun penjara. Bahkan bisa terpotong remisi dan masa percobaan setelah menjalani 2/3 masa hukuman. Kalau predator sudah bebas, lantas berkeliaran kembali mencari mangsa.
Sistem Islam sangat kontras dengan sistem sekulerisme. Islam memiliki cara pandang yang khas pada setiap problematika kehidupan. Satu-satunya agama yang memiliki mekanisme untuk mencegah dan menghapus masalah kekerasan seksual terhadap anak.
Dalam Islam, negara bertanggung jawab penuh sebagai perisai akidah. Negara lah yang turun tangan untuk menjamin ketakwaan setiap individu. Dengan dibekali oleh tsaqofah Islam akan terbentuk individu yang memiliki keimanan kokoh, pemikiran jernih dan cemerlang, hingga jiwa yang sehat.
Selain itu, negara juga akan menutup berbagai pintu kemaksiatan. Sekaligus celah-celah yang berpotensi membangkitkan syahwat terlarang. Negara akan senantiasa mendorong setiap keluarga untuk memelihara diri dari api neraka. Dan totalitas menjalankan peran masing-masing dalam keluarga.
Jika kemudian didapati individu yang melanggar hukum syara', maka negara dengan tegas menghukumnya. Melalui serangkaian penerapan sistem sanksi berdasarkan aturan Allah subhanahuwata'ala akan mampu memberikan efek jera pada pelaku. Sekaligus efek mencegah untuk yang lainnya.
Sungguh, hanya Islam yang bisa menjaga anak-anak dan keluarga kita. Dengan penerapan Islam secara menyeluruh, segala bentuk kejahatan seksual akan tercabut hingga ke akarnya. Bahkan mencegah munculnya kembali. Saatnya selamatkan peradaban dengan Islam!
Wallahu'alam bisshowwab []


sumber : https://retizen.id/posts/99150/predator-anak-merebak-butuh-solusi-tuntas
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler