Rusia Bantah Tuduhan Ukraina Atas Serangan Udara di Kramatorsk
Tuduhan serangan di Kramatorsk sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan
REPUBLIKA.CO.ID., MOSKOW -- Kremlin pada Jumat (7/4/2022) membantah laporan Ukraina tentang serangan udara Rusia di sebuah stasiun kereta api di bagian timur Ukraina.
Tuduhan Kiev atas serangan roket mematikan Rusia di stasiun kereta api di Kramatorsk adalah tindakan provokasi dan "sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Kementerian itu menambahkan bahwa rudal Tochka-U, fragmen yang difoto di stasiun kereta api, hanya digunakan oleh angkatan bersenjata Ukraina. Rudal Iskander yang menurut otoritas Ukraina digunakan terlihat berbeda, kata kemhan negara itu.
Foto-foto peluncur Tochka-U, yang diterbitkan oleh Ukraina, berasal dari latihan militer Rusia-Belarus awal tahun ini dan sistem rudal yang ditampilkan di dalamnya bukan milik Rusia, kata pernyataan itu. Menurut kementerian, serangan di Kramatorsk dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) dari sekitar pemukiman Dobropolye, 45 kilometer barat daya Kramatorsk.
Klaim Rusia tentang 'perisai manusia'
"Tujuan serangan rezim Kyiv di stasiun di Kramatorsk adalah untuk mengganggu keberangkatan massal penduduk dari kota untuk menggunakannya sebagai 'perisai manusia' untuk mempertahankan posisi AFU," kata pernyataan kementerian itu.
Kementerian Rusia juga mengatakan bahwa pada 14 Maret, tentara Ukraina menyerang pusat kota timur Donetsk, menewaskan 17 orang dan melukai 36 warga sipil lainnya.
Kramatorsk terletak di Donetsk, sebuah daerah pinggiran yang "kemerdekaannya" diakui Moskow pada malam sebelum perang.
Secara terpisah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa rudal Tochka-U tidak digunakan oleh angkatan bersenjata Rusia, dan bahwa Staf Umum Militer tidak merencanakan aksi militer apa pun di Kramatorsk pada Jumat.
Menurut lembaga perkeretaapian negara Ukraina, lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 100 terluka dalam serangan pada hari Jumat. Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah memicu kemarahan internasional, dan Uni Eropa, AS, dan Inggris, menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.
Setidaknya 1.611 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 2.227 terluka, menurut perkiraan PBB, dan angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi. Lebih dari 4,3 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dengan jutaan lainnya mengungsi, menurut badan pengungsi PBB.