Rusia: Keanggotaan Finlandia dan Swedia di NATO tak Bawa Perdamaian ke Eropa
Rusia menuding NATO tetap jadi alat untuk konfrontasi.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, bergabung Swedia dan Finlandia ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan membawa stabilitas ke Eropa. Moskow tetap menilai NATO sebagai alat yang diarahkan untuk konfrontasi.
“Kami telah berulang kali mengatakan bahwa aliansi (NATO) tetap menjadi alat yang diarahkan untuk konfrontasi, dan ekspansi lebih lanjut tidak akan membawa stabilitas ke benua Eropa,” kata Peskov kepada awak media pada Senin (11/4/2022).
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah mengungkapkan, prospek Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO tengah dibahas oleh para menteri luar negeri negara anggota. Keputusan tentang keanggotaan kedua negara tersebut diperkirakan bakal diputuskan sebelum pertengahan musim panas.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, saat ini NATO sedang mengerjakan rencana untuk mengerahkan kehadiran militer penuh di perbatasan negara-negara anggotanya. Langkah itu bertujuan mengantisipasi agresi Rusia di masa mendatang.
Stoltenberg mengatakan, saat ini NATO berada di tengah transformasi yang sangat mendasar. Hal itu bakal mencerminkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin. “Apa yang kita lihat sekarang adalah kenyataan baru, normal baru bagi keamanan Eropa. Oleh karena itu, kami sekarang telah meminta komandan militer kami untuk memberikan opsi untuk apa yang kami sebut pengaturan ulang,” ucapnya dalam laporan wawancara khusus dengan surat kabar The Telegraph yang terbit pada Senin.
Menurut Stoltenberg, keputusan tentang pengaturan ulang itu akan dibuat pada pertemuan puncak NATO di Madrid, Juni mendatang. Pernyataan Stoltenberg muncul saat Rusia masih melanjutkan apa yang disebutnya “operasi militer khusus” di Ukraina. Pertempuran telah menyebabkan lebih dari 4,5 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. Itu menjadi krisis terburuk yang dihadapi Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Sementara di dalam negeri Ukraina, sekitar 6,5 juta orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal. Mereka harus tinggal di tempat-tempat penampungan sementara. Pekan lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, operasi militer Rusia di Ukraina bisa berakhir dalam waktu yang dapat diperkirakan. Dia menyebut, tujuan-tujuan dari operasi tersebut telah tercapai.