Manfaat Puasa Bagi Penderita Asma dan Perokok
Berpuasa memberi pengaruh pada kesehatan paru, termasuk pada orang sakit asma.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru dari RS Paru Dr HA Rotinsulu, Qamariah Laila Marsabessy, mengatakan, penderita penyakit asma dan perokok yang menjalani puasa ramadhan bisa merasakan efek positif. Puasa bisa meringankan beban pernapasan bagi penderita asma hingga penurunan kadar racun dalam darah perokok yang berpuasa.
Qamariah menjelaskan, berpuasa memberi pengaruh pada kesehatan paru, termasuk pada orang sakit asma yang bisa dipicu oleh stres atau euforia.
"Dengan berpuasa yang tidak makan dan tidak minum kemudian berefek ke psikologis jadi lebih baik dan ini akhirnya mencegah asma yang pemicunya akibat stres. Kemudian karena makannya diatur tidak bisa ngemil, mungkin ada beberapa pasien terjadi penurunan berat badan yang akan membantu meringankan beban pernapasan," ujarnya saat konferensi virtual Radio Kesehatan, Rabu (13/4).
Meski tak langsung dirasakan, ada proses tertentu yang dirasakan penderita asma yang berpuasa. Puasa juga jadi titik strategis buat para perokok.
Ia menjelaskan, saat berhenti merokok selama menjalani puasa 14 jam maka data Kementerian Kesehatan mengungkap data 20 menit pertama maka aliran darah tepi yang biasa terganggu kemudian ada perbaikan dan mulai ada penurunan kadar toksin dalam darah. Kemudian setelah delapan jam, kadar CO dan nikotin yang masuk tubuh menurun mendekati 50 persen dan jika masih tak merokok seusai buka, kadar CO dalam darah sudah hampir hilang.
Jika dalam dua hari tetap tak mengisap tembakau meski telah berbuka puasa, kadar nikotin mulai hilang dan indra pengecap mulai membaik. Kemudian, jika terus tak merokok selama sebulan maka terjadi regenerasi sel yang lebih baik, penampilan lebih segar, bulu getar saluran napas yang rusak mulai tumbuh karena dia sulit tumbuh jika merokok.
"Kebergantungan terhadap nikotin bisa dilewati setelah sebulan karena menjalani puasa. Manfaat dan kebaikan ini tidak akan didapatkan para perokok yang tidak mau puasa dan berhenti merokok," ujarnya.
Jika menghentikan kebiasaan merokok masih dilanjutkan hingga 5 hingga 9 bulan kemudian maka akkbatnya terjadi pengurangan gejala batuk dan sesak napas. Qamariah menjelaskan, paru adalah salah satu organ tubuh yang ibaratnya adalah masyarakat organ tubuh.
Memperbaiki sistem pencernaan akan berpengaruh langsung tidak langsung ke kesehatan paru. Karena tubuh adalah satu kesatuan, kata dia, maka perbaikannya di pencernaan dulu kemudian memberikan efek yang baik untuk paru, baik secara langsung atau tidak langsung.
Ia menambahkan, puasa ramadhan memiliki aturan tertentu dan banyak manfaat yang pada akhirnya membuat kesehatan meningkat. Misalnya perut yang harus kosong sejak sahur sampai berbuka puasa yang lumayan panjang.
"Pada saat itu, perut kita relatif kosong dan memungkinkan paru lebih leluasa dibandingkan saat perut terisi penuh. Jadi, memberi ruang buat paru supaya mengembang lebih baik," ujarnya.
Dia menambahkan, ada proses manfaat puasa sebelum berdampak pada paru karena paru adalah organ pernapasan, tidak terkait makanan atau pola makan. Jadi, lebih banyak efek tidak langsungnya.