Bank Sulselbar Kembangkan Digitalisasi Zakat Sasar Milenial

Digitalisasi zakat menjadi program khusus bagi Bank Sulselbar di 2022

wikipedia.org
Logo Bank Sulselbar.Bank Sulselbar (Sulawesi Selatan dan Barat) sebagai salah satu Bank Pembangunan Daerah (BPD) tengah mengembangkan digitalisasi zakat guna lebih optimal menyasar masyarakat khususnya para milenial.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Bank Sulselbar (Sulawesi Selatan dan Barat) sebagai salah satu Bank Pembangunan Daerah (BPD) tengah mengembangkan digitalisasi zakat guna lebih optimal menyasar masyarakat khususnya para milenial.


Berdasarkan data dari seluruh penduduk Indonesia, 26 persen di antaranya merupakan kaum milenial dan 28 persen adalah generasi Z, sehingga dipastikan potensi zakat, infaq maupun sedekah pada kalangan ini sangat besar.

"Kita tentu sudah tahu bahwa pengguna ponsel sebagai alat digitalisasi di zaman sekarang ialah mereka para milenial dan generasi Z," ujar Direktur Pemasaran dan Syariah Bank Sulselbar Rosmala Arifin pada Seminar Optimalisasi Zakat dalam Penguatan Ekonomi Umat di Makassar, Jumat (16/4/2022).

Potensi zakat di Indonesia diestimasikan sebanyak Rp 327 triliun, sementara di Sulawesi Selatan diestimasi sekitar Rp12 triliun. Zakat itu, bukan hanya diambil dari perorangan, namun juga perseroan atau korporat yang turut menyalurkan zakat perusahaan melalui Baznas.

Potensi zakat ini bisa tercermin dari predikat yang dimiliki Indonesia, menempati urutan pertama negara paling dermawan di dunia."Perhitungan kasarnya, potensi sekitar Rp 6,8 triliun. Sebuah potensi yang tidak sedikit. Maka kita harus sama-sama agar potensi ini bisa dioptimalkan," kata Rosmala.

Digitalisasi zakat menjadi program khusus bagi Bank Sulselbar di 2022, sehingga pada fitur mobile banking Bank Sulselbar, segera akan ditambahkan layanan pembayaran ZIS. Rosmala mengatakan bahwa banyak ruang yang bisa mengoptimalisasi digitalisasi zakat di masyarakat seperti menyelaraskan strategi bisnis dan roadmap pengembangan bank syariah.

Selain itu, melakukan sinergitas seperti sinergi industri halal, lembaga keuangan sosial Islam dan meningkatkan kepedulian kepada masyarakat. Meski begitu, tantangan zakat, kata Rosmala ialah literasi yang masih kurang. 

Selain itu, diakui bahwa pengelolaan zakat belum maksimal dikelola oleh lembaga. Berdasarkan temuan dan kajian Baznas pusat, terdapat sekitar Rp30 triliun zakat yang dikoordinir oleh lembaga non administratif.

Sementara Ketua BAZNAS Sulsel Dr Muhammad Khidri Alwi mengajak para milenial menjadi amil zakat sebagai pekerjaan melayani umat."Ke depannya kita harus fikirkan agar anak-anak kita bahkan bercita-cita menjadi amil zakat," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler