Rusia tak Henti Gempur Ibu Kota Kyiv

Rusia dilaporkan menghancurkan pabrik pembuatan kendaraan bersenjata Kyiv.

AP/Felipe Dana
Tank Rusia yang hancur terlihat setelah pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina di Bucha, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 6 April 2022.
Rep: Kamran Dikarma/Teguh Firmansyah Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia tak henti-hentinya membombardir ibu kota Kyiv Ukraina. Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko pada Sabtu (16/4/2022) mengatakan, serangan terbaru Rusia ke ibu kota menewaskan setidaknya satu orang

Tim medis, jelas Klitschko, masih terus berusaha menyelamatkan mereka yang terluka. "Kyiv tetap menjadi target dari agresor," ujarnya seperti dikutip Aljazirah.

Rusia dilaporkan menghancurkan pabrik pembuatan kendaraan bersenjata di Kyiv dan tempat perbaikan fasilitas militer di Mykolaiv.  Menurut pejabat Rusia, serangan itu dilancarkan dengan presisi tinggi.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy mengatakan sekitar 2.500 hingga 3.000 tentara Ukraina gugur dalam tujuh minggu perang dengan Rusia. Sedangkan sekitar 10 ribu orang lainnya terluka.

Sebaliknya, Zelenskiyy mengatakan 19 ribu sampai 20 ribu tentara Rusia meninggal dunia dalam perang hingga pekan kedelapan. Meski  Moskow bulan mengatakan hanya 1.351 tentaranya yang telah gugur dan 3.825 terluka.

Menurut Zelenskiyy situasi militer di selatan dan timur masih sangat sulit, sambil memuji kerja angkatan bersenjatanya. "Keberhasilan militer kami di medan perang benar-benar signifikan, signifikan secara historis. Namun mereka masih belum cukup untuk membersihkan tanah kami dari penjajah. Kami akan mengalahkan mereka lagi," katanya," katanya dalam pidato video larut malam.

Dalam panggilan terbaru, Zelenskiyy kembali meminta sekutu untuk mengirim senjata yang lebih berat dan meminta embargo internasional atas minyak Rusia. Menurut laporan //Washington Post//, dia telah meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden agar negara itu menunjuk Rusia sebagai sponsor negara terorisme, bergabung dengan Korea Utara, Kuba, Iran, dan Suriah.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler