Israel Tambahkan Yuan China ke Cadangan Devisa
IHRAM.CO.ID, TEL AVIV -- Bank Sentral Israel sedang mendiversifikasi kepemilikan valuta asing (valas) negara itu. Upaya yang dilakukan adalah dengan menambahkan yuan China bersama tiga mata uang lainnya, sambil memangkas bagian dolar dan euro.
Selain yuan, regulator mengatakan juga bakal menambahkan dolar Kanada dan Australia. Otoritas Israel membuat langkah ini karena tengah berusaha untuk mendiversifikasi alokasi cadangan devisanya dan memperpanjang cakrawala investasinya.
"Kita perlu melihat kebutuhan untuk mendapatkan pengembalian cadangan yang akan menutupi kewajiban keuangannya," kata Deputi Gubernur Bank Israel, Andrew Abir, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, seperti dilansir RT, Kamis (21/4/2022).
Sebelumnya, Bank Sentral Israel hanya memegang dolar AS, euro, dan pound Inggris. Tahun lalu, cadangan devisa negara itu melebihi 200 miliar AS untuk pertama kalinya, terhitung sepertiga dari produk domestik bruto Israel.
Perombakan alokasi cadangan tersebut berarti bahwa bagian euro akan turun dari 30 persen menjadi 20 persen, dan dolar akan mencapai 61 persen yang juga turun dari 66,5 persen.
Sedangkan Yuan di Israel kini menjadi dua persen dari kepemilikan valas. Sementara mata uang Kanada dan Australia masing-masing akan memiliki 3,5 persen. Untuk pound Inggris, akan berlipat ganda menjadi lima persen, yang artinya kembali ke level yang tercatat terakhir pada 2011.
November 2021, China dan Israel telah menggelar perjanjian untuk memperkuat kerja sama mereka dalam inovasi, sains, dan teknologi. Kesepahaman ini diambil di tengah rencana untuk merayakan 30 tahun hubungan diplomatik keduanya.
Presiden China Xi Jinping mengatakan, bangsa China dan bangsa Yahudi memiliki sejarah dan peradaban yang panjang, dan pertukaran persahabatan. Xi juga menegaskan kembali posisi China bahwa Israel dan Palestina mencapai hidup berdampingan secara damai melalui dialog dan negosiasi berdasarkan solusi dua negara.
"Sejak terjalinnya hubungan diplomatik antara China dan Israel, kedua belah pihak telah menganut prinsip-prinsip penting seperti saling menghormati kedaulatan dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing," kata Xi.