Hati-Hati, Meregangkan Leher Sampai Bunyi 'Krek' Dapat Memicu Strok

Kebiasaan meregangkan leher sampai berbunyi krek bisa berakibat fatal.

Pxfuel
Ilustrasi sakit leher. Hindari kebiasaan meregangkan leher hingga berbunyi krek.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan meregangkan leher sampai terdengar bunyi "krek" ternyata tak baik untuk kesehatan. Bahanyanya, neck craking dapat memicu strok.

Penyakit strok melibatkan cedera pada jaringan otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah. Kondisi itu dapat memiliki konsekuensi kesehatan yang serius.

Baca Juga



Kondisi tersebut menyumbang ratusan ribu kematian setiap tahun, dan mereka yang cukup beruntung untuk bertahan hidup, sering kali menjadi cacat. Satu gerakan tubuh bisa menghasilkan tekanan yang bisa memicu strok, menurut seorang ahli.

Strok menyerang ketika bagian otak kekurangan oksigen, mencegahnya menjalankan fungsi dasar. Faktor risiko umumnya mencakup penanda penyakit umum, seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.

Kondisi ini dikenal karena kerusakan yang ditimbulkannya pada sistem vaskular. Menurut seorang ahli, satu gerakan tubuh yang merusak arteri dan menyebabkan pecahnya darah adalah "neck cracking".

Tekanan darah tinggi (hipertensi) dikenal sebagai prekursor untuk strok, sementara kondisi lain, seperti fibrilasi atrium, menjadi satu dari lima kasus. Meski faktor risiko strok secara umum sudah dikenal luas, pemicunya kurang banyak dibicarakan.

Pemicu adalah istilah yang diberikan untuk faktor-faktor yang memicu gejala secara instan. Neck cracking mungkin merupakan pemicu strok yang kurang diketahui, terutama jika gerakan dilakukan secara teratur.

Monika Wassermann MD menjelaskan, neck cracking atau gerakan manipulasi pada sendi leher leher adalah metode umum untuk mengobati atau mengurangi nyeri leher. Namun, jika dilakukan dengan salah, terutama ketika banyak tekanan, maka dapat menyebabkan strok.

Strok iskemik menyerang ketika gumpalan darah tersangkut di arteri yang menuju ke otak. Hal ini menyebabkan penyumbatan di dalam arteri yang dapat mencegah darah yang kaya nutrisi mencapai organ.

Strok hemoragik dapat terjadi ketika darah dari arteri mulai menuju ke otak. Hal ini pada gilirannya menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang terkena, berhenti bekerja dengan baik.

Sementara itu, kebiasaan meregangkan leher sampai berbunyi "krek" dilakukan untuk melepaskan tekanan, sejumlah penelitian telah mengonfirmasi hubungan kebiasaan tersebut dengan strok. Memberikan tekanan pada leher dengan cara yang kuat pada akhirnya dapat menyebabkan pembekuan darah.

"Dari pengalaman kerja saya dan beberapa penelitian pribadi, saya dapat menyimpulkan bahwa neck cracking dapat memicu strok," kata Wassermann, seperti dilansir dari Express.co.uk.

Ahli mengatakan bahwa mengetahui apa yang menyebabkan strok adalah penting untuk memahami hubungannya dengan lebih baik. Strok cenderung terjadi setelah menderita cedera atau robekan pada arteri leher, suatu kondisi yang dikenal sebagai diseksi arteri serviks.

Sobekan menyebabkan kebocoran darah yang dapat mempersempit pembuluh darah saat darah masuk ke dinding arteri. Kebocoran darah yang parah dapat menyumbat arteri leher, benar-benar membentuk gumpalan yang menghalangi aliran darah ke satu bagian otak.

Gejala awal kebocoran di otak mungkin termasuk mati rasa atau kelemahan di wajah, lengan, hingga kaki. Tetapi, kelemahan wajah, kesulitan berbicara, penglihatan kabur, dan pusing adalah tanda-tanda peringatan lain yang diketahui.

Gejala mungkin berbeda dari setiap kasus. Itu akan bergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler