Keamanan, Efektivitas, dan Efek Samping Vaksin HPV yang Diwajibkan untuk Siswi SD

Mengapa vaksin HPV paling efektif bila diberikan pada masa kanak-kanak?

ANTARA/ Fakhri Hermansyah
Petugas medis menyiapkan vaksin HPV (Human papillomavirus) pada kegiatan bulan imunisasi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05 Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Rabu (26/8/2020). Imunisasi yang diikuti siswi kelas V dan VI untuk mencegah kanker serviks.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin HPV telah menjadi vaksin wajib mulai 2022 ini untuk siswi sekolah dasar kelas lima hingga enam. Beragam kabar seputar efek samping vaksin HPV mungkin membuat sebagian orang masih merasa ragu terhadap vaksin ini. Padahal, tak semua kabar mengenai efek samping vaksin HPV itu benar.

Human papillomavirus (HPV) bisa menginfeksi sebagian besar individu yang aktif secara seksual. Sistem imun tubuh sebenarnya memiliki kemampuan untuk membantu tubuh pulih dari infeksi HPV dan mengeliminasi virus tersebut dari tubuh. Namun, HPV yang menetap bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan seperti kutil kelamin hingga kanker.

Vaksin HPV paling efektif bila diberikan pada masa kanak-kanak. American Academy of Pediatrics di Amerika Serikat pun merekomendasikan vaksin HPV sebagai bagian dari vaksinasi rutin untuk anak berusia sembilan hingga 12 tahun.

Meski terbukti aman dan efektif, beragam informasi keliru seputar vaksin HPV kerap memunculkan keraguan pada sebagian orang. Agar tidak terjerumus dengan informasi keliru, berikut ini adalah sejumlah fakta mengenai vaksin HPV yang perlu diketahui, seperti dilansir Insider.

Keamanan dan efektivitas
Pemberian vaksin HPV bisa membantu menurunkan risiko seseorang untuk terinfeksi oleh lebih dari 200 strain HPV. Vaksin ini juga dapat menurunkan risiko terjadinya kutil kelamin dan dapat mencegah hampir 90 persen kanker yang disebabkan oleh infeksi HPV, seperti kanker serviks, kanker tenggorokan, dan kanker anus.

Proteksi yang diberikan vaksin HPV juga berlangsung dalam jangka panjang, setidaknya 10 tahun. Para ahli memprediksi bahwa perlindungan dari vaksin HPV bisa bertahan jauh lebih lama.

Terkait keamanan, National Cancer Institute mengungkapkan bahwa laporan masalah kesehatan serius setelah pemberian vaksin HPV sangat langka, hanya 0,00018 persen atau sekitar 1,8 dari 100.000 dosis yang diberikan. Angka yang sudah sangat rendah ini semakin menurun pada 2015-2018.

Vaksin HPV juga sudah melalui penelitian yang panjang dan luas. Sejauh ini, ada banyak badan dan organisasi kesehatan yang telah mendukung pemberian vaksin HPV.

Baca Juga


 

 

 

Efek samping umum
Seperti halnya vaksin lain, pemberian vaksin HPV juga dapat memunculkan efek samping. Efek samping yang paling umum terjadi adalah rasa nyeri, bengkak, atau kemerahan di area suntikan.

Vaksin HPV juga bisa memunuclkan gejala seperti pening, pingsan, mual, sakit kepala, serta nyeri otot atau sendi. Efek samping pingsan bisa dicegah dengan cara duduk atau berbaring selama 15 menit setelah suntikan vaksin HPV diberikan.

Vaksinasi HPV untuk anak SD. - (Republika)

Efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin HPV juga umum ditemukan pada kebanyakan vaksin lain. Di samping itu, efek samping ini hanya bertahan hingga dua hari saja.

Efek samping langka
Vaccine Safety Datalink (VSD) pernah memantau kemungkinan adanya kondisi langka bernama sindrom Gullain-Barre setelah pemberian vaksin HPV Gardasil 9 pada periode 2006-2015. Dari 2.773.185 dosis yang diberikan, hanya ada satu kasus sindrom Gullain-Barre yang ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa risiko untuk mengalami sindrm Gullain-Barre setelah vaksinasi HPV amat sangat langka.

Efek samping langka lainnya adalah reaksi alergi berat bernama anafilaktik. Untuk setiap satu juta dosis vaksin HPV yang diberikan, hanya ditemukan tiga kasus anafilaktik. Risiko ini sama seperti risiko yang dimiliki oleh vaksin-vaksin untuk anak dan remaja lainnya.

Untuk menghindari risiko ini, orang-orang dengan alergi berat tehradap komponen vaksin HPV tidak boleh menerima vaksin ini. Beberapa reaksi alergi yang bisa terjadi adalah bentol-bentol, bengkak di area wajah dan tenggorokan, kesulitan bernapas, peningkatan detak jantung, pening, dan lemah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler