Beda dengan Sakit Maag, Kenali Apa Itu Penyakit GERD, Gejala, serta Cara Mengobatinya
Gastroesophageal reflux disease atau biasa disingkat dengan GERD adalah salah satu jenis penyakit lambung. Ketahui gejala dan cara mengatasi GERD.
Menikmati secangkir kopi sebelum beraktivitas setiap pagi atau saat nongkrong bersama teman memang terasa nikmat. Begitu pula dengan rebahan setelah menikmati makan siang dengan kondisi perut masih terasa kenyang. Akan tetapi, tahukah kamu jika kebiasaan-kebiasaan tersebut merupakan beberapa pemicu utama dari beragam masalah lambung?
Ya, tak sedikit penyakit pada lambung disebabkan oleh gaya hidup atau habit yang kurang tepat. Salah satu contoh masalah lambung yang sering kali dirasakan oleh mereka yang tidak cermat menjaga gaya hidupnya adalah GERD. Saat mengidap penyakit ini, kamu akan merasakan rasa perih pada bagian dada sampai tenggorokan.
Lalu, penyakit seperti apa sih GERD ini sebenarnya? Serta, apa saja gejala dan langkah yang bisa dilakukan agar penyakit tersebut bisa diatasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut telah Cermati rangkum penjelasan tentang apa itu penyakit GERD, gejala yang ditimbulkan, dan cara mengatasinya.
Baca Juga: Meredakan Maag Tanpa Obat, Bagaimana Caranya?
Apa Itu Penyakit GERD?
Penyakit GERD
Gastroesophageal reflux disease atau biasa disingkat dengan GERD adalah salah satu jenis penyakit lambung. Penyakit tersebut terjadi akibat asam lambung yang naik hingga ke kerongkongan sampai menimbulkan rasa terbakar pada bagian dada atau biasa disebut heartburn.
Penyebabnya adalah melemahnya sfingter atau katup yang terletak pada bagian bawah kerongkongan. Dalam kondisi normal, katup tersebut akan terbuka agar makanan atau minuman bisa masuk ke dalam lambung untuk kemudian dicerna. Setelah makanan dan minuman berhasil masuk ke dalam lambung, katup tersebut akan kembali tertutup secara kencang agar isi dalam lambung tak kembali keluar dan naik sampai ke kerongkongan.
Akan tetapi, pada pengidap GERD, katup tersebut telah melemah sehingga tak bisa menutup dengan sempurna. Alhasil, isi lambung seperti makanan dan asam lambung akan naik sampai ke kerongkongan dan terasa membakar di bagian dada. Dalam kondisi parah dan terjadi berulang kali, lapisan kerongkongan lambat laun akan mengalami peradangan, iritasi, dan akhirnya melemah.
Gejala GERD
Gejala umum yang biasa dirasakan oleh penderita penyakit GERD adalah rasa pahit atau asam pada mulut serta sensasi panas atau perih yang membakar di bagian ulu hati dan dada. Kedua gejala tersebut biasanya terasa semakin parah ketika penderita baru saja selesai makan, berbaring, ataupun membungkuk.
Selain itu, ada pula beberapa gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita penyakit GERD, seperti:
- Terasa ada benjolan pada tenggorokan yang menyulitkan penderita menelan makanan.
- Gangguan pernapasan, misalnya sesak napas dan batuk-batuk. Penderita asma juga sering kali merasa penyakitnya kambuh saat gejala GERD muncul.
- Suara menjadi serak.
- Mual disertai muntah.
- Tenggorokan terasa sakit.
- Isi lambung keluar tanpa disadari.
- Sulit tidur.
- Bau mulut.
- Kerusakan pada gigi akibat asam lambung.
Penting untuk dipahami jika gejala GERD kadang kala disalahartikan sebagai serangan jantung. Baik GERD dan serangan jantung memang menimbulkan gejala berupa sensasi perih pada dada dan rasa nyeri di bagian ulu hati. Meski begitu, kedua gejala tersebut bisa dibedakan saat terjadi pada penderita GERD dan serangan jantung.
Pada serangan jantung, gejala nyeri dada atau ulu hati terasa sangat berat dan menjalar sampai lengan, rahang, atau leher, serta umumnya terasa pasca beraktivitas fisik. Sementara pada penyakit GERD, gejala berupa nyeri pada ulu hati biasanya disertai dengan rasa asam di mulut, tidak kambuh setelah beraktivitas fisik, dan tak menyebar sampai ke leher atau lengan. Saat berbaring, gejala yang dirasakan oleh penderita GERD tersebut menjadi semakin berat.
Faktor Risiko Penyakit GERD
GERD sendiri sebenarnya adalah jenis penyakit pencernaan yang tergolong umum dan sering dialami oleh siapa pun, baik pria ataupun wanita. Ada sejumlah pemicu yang menjadi faktor risiko dari penyakit GERD, seperti:
- Stres berlebihan.
- Orang dalam kondisi obesitas.
- Mengalami masalah jaringan ikat atau skleroderma.
- Hamil.
- Perokok aktif.
- Sering mengonsumsi alkohol.
GERD juga bisa digolongkan ke dalam fase ringan atau berat. Pada fase ringan, penderita akan mengalami kenaikan kadar asam lambung sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu. Sementara pada fase berat, masalah asam lambung tersebut kambuh sebanyak paling tidak sekali dalam seminggu.
Baca Juga: 8 Gaya Hidup yang Bikin Penyakit Maag Cepat Kambuh
Perbedaan GERD dengan Sakit Maag
Baik GERD dan sakit maag adalah masalah kesehatan yang menyerang lambung. Namun, keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda dengan definisi, ciri, dan juga gejala yang tak sama.
Maag memiliki sebutan medis gastritis adalah kondisi ketika lapisan pelindung pada lambung membengkak atau meradang karena infeksi bakteri dan menyebabkan iritasi disertai luka pada lambung. Sakit maag memiliki gejala umum seperti sering bersendawa dan buang angin, perut kembung, ulu hati terasa nyeri, muntah dan mual, hingga rasa penuh pada perut sesudah makan. Dengan rasa sakit yang silih berganti, pengobatan pada sakit maag bisa dilakukan dengan memperbaiki kebiasaan dan pola makan, serta mengonsumsi sejumlah obat-obatan, seperti antibiotik, vitamin B12, dan antasida.
Cara Mengatasi GERD
Cara Mengatasi GERD
Untuk mengatasi penyakit GERD beserta gejalanya, kamu dapat mengonsumsi beberapa obat-obatan dari golongan:
- Antasida.
- Proton pump inhibitors atau PPIs, misalnya omeprazole dan lansoprazole.
- H-2 receptor blocker, misalnya famotidine, ranitidine, dan cimetidine.
Agar bisa mengetahui jenis obat GERD yang cocok, kamu perlu berkonsultasi dulu dengan dokter. Alasannya karena tidak semua jenis obat GERD tersebut bisa cocok dikonsumsi oleh semua orang.
Selain mengonsumsi obat-obatan di atas, kamu juga perlu mengubah gaya hidup agar gejala GERD tak gampang kambuh. Beberapa perubahan gaya hidup yang sebaiknya dilakukan antara lain:
- Menjaga berat tubuh agar tetap ideal.
- Menghentikan kebiasaan merokok.
- Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.
- Tak berbaring, apalagi tidur setelah makan. Setidaknya tunggu 2 sampai 3 jam pasca makan jika ingin berbaring atau tidur.
- Hindari mengonsumsi makanan maupun minuman yang bisa menjadi pemicu naiknya asam lambung. Beberapa contohnya adalah susu, alkohol, makanan pedas atau berlemak, kopi, mint, dan juga coklat.
- Usahakan untuk tak mengenakan pakaian dengan model terlalu ketat.
Pada dasarnya, setiap orang dapat mengalami gejala kadar asam lambung yang naik. Terlebih setelah selesai makan dengan jumlah asupan cukup banyak, makan larut malam, maupun mengonsumsi makanan pemicu produksi asam lambung. Masalah asam lambung yang naik baru bisa dikatakan sebagai gangguan pencernaan apabila gejalanya muncul sebanyak 2 kali seminggu atau lebih.
Agar tak menimbulkan komplikasi lebih parah, usahakan untuk memahami gejala penyakit GERD serta lakukan metode penanganan sedini mungkin agar masalah tersebut bisa segera diatasi. Meski begitu, jika gejala GERD terjadi secara terus-menerus serta tak kunjung sembuh atau membaik, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Di sisi lain, jika rasa nyeri pada ulu hati atau dada terasa menyebar sampai ke lengan atau rahang, dan disertai dengan keringat dingin dan sesak napas, jangan pikir dua kali untuk pergi ke IGD. Hal ini dikarenakan gejala tersebut bukanlah masalah lambung biasa, melainkan tanda dari serangan jantung sehingga perlu mendapatkan penanganan medis lebih lanjut dengan segera.
Penanganan yang Tepat Adalah Kunci Penting Atasi Penyakit GERD
Sebagai masalah yang cukup banyak dialami oleh masyarakat, GERD menjadi salah satu penyakit yang mengganggu sehingga sebaiknya diatasi dengan tepat dan segera. Selain melalui konsumsi obat-obatan, penanganan yang tepat terhadap penyakit GERD adalah dengan menjaga gaya hidup agar lebih sehat dan menjaga pola serta asupan konsumsi sehari-hari. Dengan membiasakan gaya hidup sehat tersebut, dijamin penyakit GERD tidak akan menjadi masalah kesehatan yang sering kambuh dan sulit ditangani sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Ranitidin, Obat Penghambat Sekresi Asam Berlebih dalam Lambung