WHO: Covid-19 Sebabkan 15 Juta Kematian
Jumlah kematian ini lebih besar dari yang dilaporkan sebelumnya, terbesar di India
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai tiga kali lipat yang ditunjukkan data resmi. Badan PBB itu menyatakan pada Kamis (5/5/2022) terdapat 14,9 juta kematian terkait Covid-19 hingga akhir 2021, alih-alih 5,4 juta kematian seperti yang dilaporkan sebelumnya pada periode Januari 2020 hingga Desember 2021.
Angka kematian yang lebih tinggi akibat Covid-19 ini juga mencerminkan orang-orang yang meninggal sebagai akibat tidak langsung dari wabah. Termasuk, mereka yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan karena sistem yang kewalahan akibat gelombang besar infeksi.
Jumlah ini juga memperhitungkan kematian yang seharusnya bisa dihindari selama pandemi. Misalnya, risiko kecelakaan lalu lintas yang rendah selama karantina wilayah.
Namun, jumlah kematian ini juga jauh lebih tinggi dari perhitungan resmi karena kematian yang tak terjawab di negara-negara dengan pelaporan yang tidak memadai. Bahkan sebelum pandemi, kata WHO, terdapat enam dari 10 kematian di seluruh dunia yang tidak terdaftar.
Laporan WHO menyebutkan hampir setengah kemarian yang belum terhitung saat ini terjadi di India. Laporan itu menunjukkan 4,7 juta orang meninggal dunia akibat pandemi, terutama selama lonjakan besar pada Mei dan Juni 2021. Sementara, pemerintah India melaporkan angka kematian pada periode Januari 2020 hingga Desember 2021 sebanyak 480 ribu jiwa.
WHO mengatakan belum memeriksa data terbaru yang diserahkan India, yang telah membantah estimasi WHO. WHO mengatakan akan menambahkan penafian dalam laporannya, menyoroti pelaporan yang tengah dilakukan dengan India.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah angka-angka itu diterbitkan, India mengatakan WHO merilis laporan tanpa mengindahkan keprihatinan India terhadap 'metode yang dipertanyakan'.
Panel WHO yang terdiri dari pakar internasional telah mengerjakan data menggunakan kombinasi informasi nasional dan loka, serta model statistik untuk memperkirakan total data yang tidak lengkap. Metode inilah yang dikritik India.
Namun demikian, penilaian independen lainnya sepakat menempatkan kematian di India jauh lebih tinggi dari penghitungan resmi pemerintah. Termasuk, laporan yang diteritkan Science yang menunjukkan tiga juta orang mungkin telah meninggal karena Covid-19 di negara tersebut.
Samira Asma, asisten direktur WHO untuk data, mengatakan, data adalah darah bagi kesehatan masyarakat. Ini diperlukan untuk menilai dan belajar dari apa yang terjadi selama pandemi.
Ia menyerukan kepada negara-negara untuk meningkatkan akurasi pelaporan. "Terlalu banyak yang tidak diketahui," katanya.