Menkes: Belum Bisa Disimpulkan Virus Penyebab Hepatitis Akut pada Anak
Kasus hepatitis akut pada anak paling banyak ditemukan di Inggris.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kemenkes telah berkoordinasi dan berdiskusi dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat dan juga CDC Inggris sehari setelah lebaran terkait munculnya penyakit hepatitis akut pada anak. Hingga saat ini, ia mengaku masih belum dapat dipastikan virus penyebab penyakit ini.
“Memang kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut ini,” kata Budi saat keterangan pers bersama Menteri Kabinet Indonesia Maju di Kantor Presiden, Senin (9/5/2022).
Saat ini, lanjut dia, penelitian mengenai penyakit ini tengah dilakukan bersama-sama oleh Indonesia dan WHO serta bekerja sama dengan Amerika dan Inggris guna mendeteksi penyebab penyakit ini.
“Kemungkinan besar adalah Adenovirus strain 41 tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada Adenovirus strain 41. Jadi kita masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika untuk memastikan penyebabnya apa,” jelasnya.
Munculnya wabah penyakit hepatitis akut ini awalnya disampaikan oleh WHO pada 23 April di Eropa. Kemudian pada 27 April, Indonesia menemukan tiga kasus di Jakarta dan langsung mengeluarkan surat edaran agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan surveilans monitoring terhadap kasus ini.
Kemudian pada 30 April, Singapura juga mengumumkan kasus pertama. Hingga saat ini, Indonesia melaporkan terdapat 15 kasus hepatisis akut.
“Di dunia paling besar ada di Inggris 115 kasus kemudian di Italia, Spanyol, dan juga di Amerika Serikat,” jelas Budi.
Untuk mencegah penularan penyakit ini, Menkes Budi pun meminta masyarakat agar memastikan kebersihan dan asupan makanan untuk anak-anak. Virus ini, kata dia, menular melalui asupan makanan yang lewat mulut. Selain itu, masyarakat juga diminta agar mewaspadai gejala hepatitis akut.
“Jadi kita pastikan apa yang masuk ke anak-anak kita, karena ini menyerang di bawah 16 tahun, lebih banyak lagi di bawah 5 tahun,” kata dia.