Dinasti Marcos Kembali Berkuasa

Marcos berhasil mengalahkan lawan terberatnya mantan Wakil Presiden Leni Robredo.

AP Photo/Aaron Favila
Pendukung Ferdinand Bongbong Marcos Jr. menunjukkan tanda kemenangan saat mereka merayakannya di sepanjang jalan di Mandaluyong, Filipina pada Selasa 10 Mei 2022. Kemenangan telak Marcos Jr dalam pemilihan presiden Filipina menimbulkan kekhawatiran segera tentang erosi lebih lanjut demokrasi di kawasan, dan dapat memperumit upaya Amerika untuk menumpulkan pengaruh dan kekuatan China yang berkembang di Pasifik.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Ferdinand Marcos Jr atau yang dikenal Bongbong memenangi pemilihan umum Filipina. Putra mendiang diktator Ferdinand Marcos itu duduk di kursi kekuasaan 36 tahun setelah rakyat Filipina menumbangkan ayahnya lewat revolusi.

Baca Juga


Bongbong berhasil mengalahkan lawan terberatnya mantan Wakil Presiden Leni Robredo. Ia menjadi kandidat pertama dalam beberapa dekade terkahir yang memenangkan mayoritas langsung pemilihan presiden Filipina. Bongbong membawa kembali dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.

Marcos diasingkan ke Hawaii bersama keluarganya selama revolusi rakyat tahun 1986. Gejolak politik itu mengakhiri 20 tahun kekuasaan otokratik ayahnya. Ia kemudian kembali ke Filipina pada tahun 1991 lalu menjabat sebagai anggota Kongres dan Senat.

Dengan hampir 98 persen surat surat sah yang telah dihitung kemenangan Marcos sudah hampir dipastikan. Ia meraup 31 juta juta suara. Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan Robredo. Hasil pemilihan resmi diperkirakan akan diumumkan pada akhir bulan.

"Ada ribuan orang seperti anda di luar sana, para sukarelawan, kelompok-kelompok pararel, pemimpin politik yang telah memberikan suaranya dengan kami karena keyakinan kami pada pesan persatuan kami," kata Marcos dalam pidato yang disiarkan secara langsung di Facebook, Selasa (10/5/2022).

Marcos yang berusia 64 tahun mengkampanyekan persatuan. Pengamat politik mengatakan tidak mungkin pemerintahannya akan menjalankan hal itu walaupun ia hampir menang telak.

Saham Filipina turun 3 persen pada Selasa ini sebelum memangkas kerugian. Jatuhnya harga saham sejalur dengan melemahnya ekuitas global, walaupun sejumlah anlis berpendapat kemungkinan juga disebabkan belum jelasnya kebijakan Marcos.

"Investor ingin melihat tim ekonominya," kata kepala strategi pasr BDO Unibank Jonathan Ravelas di Manila. Sementara itu nilai mata uang peso naik 0,4 persen terhadap dollar AS.

Banyak yang tidak mendukung Bongbong marah dengan kemenangannya. Mereka menilai keluarga Marcos mencoba untuk mengubah narasi sejarah yang sebenarnya. Ribuan oposisi Ferdinand Marcos Sr menderita atas persekusi yang dilakukan negara selama masa darurat militer 1972 hingga 1981.

Nama keluarga Marcos identik dengan kronisme, penjarahan kekayaan negara dan hidup mewah dengan uang tersebut. Keluarga itu membantah tuduhan tersebut dan banyak pendukung, blogger dan pemengaruh media sosial mengatakan sejarah telah dibelokan.

 

Marcos Sr telah meninggal dunia pada 28 September 1989 di usia 72 tahun di Honolulu, Hawaii. Istrinya, Imelda Marcos kini berusia 92 tahun. Imelda dikenal mengoleksi lebih dari 3.000 pasang sepatu mewah.  

 

 

Jenazah Marcos Sr sempat tidak bisa pulang ke Filipina karena ditahan kelompok oposisi dan rakyat. Pada November 2016 Mahkamah Agung Filipina mengizinkan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Manila. Mayoritas masyarakat Filipina menolak keras putusan pengadilan tersebut.

Sekitar 400 orang, yang sebagian besar mahasiswa menggelar unjuk rasa menolak Marcos di depan gedung komisi pemilihan umum. Mereka yakin terdapat kecurangan dalam pemungutan suara.

Lembaga penyelenggara pemilu membantah sejumlah keluhan yang diajukan berbagai kelompok. Termasuk keluarga korban masa darurat militer yang ingin Marcos dilarang mengikuti pemilihan presiden karena kasus menghindari pajak pada tahun 1995. Dua kelompok yang mengajukan petisi termasuk kelompok kiri Akbayan mengatakan mereka akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung.

Calon presiden, mantan senator Ferdinand Bongbong Marcos Jr, putra mendiang diktator, memberi isyarat saat dia menyapa kerumunan selama kampanye di Quezon City, Filipina pada 13 April 2022. - (AP Photo/Aaron Favila)

Wali Kota Manila Francisco Domagoso yang keluar di posisi keempat menjadi kandidat pertama yang mengakui kekalahan. Kemenangan besar bagi Marcos diamankan putri Presiden Rodrigo Duterte yakni Sara Duterte-Carpio.

Duterte-Carpio meraup suara tiga kali lipat dari lawan terdekatnya. Ia mungkin memperluas daya tarik Marcos di banyak bidang.

Organisasi hak asasi manusia Karapatan meminta rakyat Filipina untuk menolak pemerintahan Marcos Jr ini. Menurut mereka kemenangan Bongbong dibangun dari kebohongan dan penyebaran informasi palsu "untuk menghilangkan citra bau keluarga Marcos".

Sementara itu Amnesty International menuduh Marcos dan pasangannya dalam pemilihan menghindari diskusi tentang pelanggaran hak asasi manusia. Termasuk yang dilakukan selama masa darurat militer dan perang narkoba Presiden Duterte.

Marcos juga berpaling dari perdebatan dan tidak bersedia diwawancara selama masa kampanye. Baru-baru ini ia memuji ayahnya sebagai jenius dan negarawan tapi ia kesal dengan pertanyaan seputar masa darurat militer.

Marcos membuat citranya sebagai politikus yang enggan berpolitik. Dalam catatan harian ayahnya pernah menulis ia khawatir putranya terlalu "malas dan cuek".

Selama penghitungan suara menunjukkan kemenangan Marcos, Robredo meminta pendukungnya untuk melanjutkan perjuangan mereka demi kebenaran sampai pemilihan berikutnya. "Butuh waktu untuk membangun struktur kebohongan dan kami punya waktu dan kesempatan untuk melawan dan membongkarnya," katanya.

Marcos hanya memberi sedikit petunjuk dalam kampanyenya tentang kebijakan yang akan ia ambil. Tapi diperkirakan tidak jauh berbeda dari Presiden Duterte yang akan turun. Ia suka membangun infrastruktur, mempererat hubungan dengan China dan memperkuat pertumbuhan.

 

Pengamat politik dan mantan peneliti di Departemen Luar Negeri Filipina Andrea Chloe Wong mengatakan tren hubungan Filipina-Amerika Serikat (AS) akan tergantung pada bagaimana Presiden AS Joe Biden menanggapi kembalinya dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.

"Di satu sisi Biden memiliki kepentingan geostrategis di Filipina dan isis lain ia harus menyeimbangkannya dengan promosi gagasan ideal demokrasi dan hak asasi manusia Amerika," katanya.

"Bila ia memilih itu, ia mungkin akan mengisolasi pemerintahan Marcos, jadi pasti ini akan sulit menyeimbangkan tindakan untuk Filipina, dan pendekatan Marcos pada AS akan sangat tergantung pada bagaimana Biden akan terlibat dengannya," tambah Wong.

Kandidat presiden Ferdinand Marcos Jr., putra mendiang diktator, melihat tanda terima setelah memberikan suara di sebuah tempat pemungutan suara di Batac City, Ilocos Norte, Filipina utara, Senin, 9 Mei 2022. - (AP/Aaron Favila)

Pemilihan Filipina digelar saat AS mulai meningkatkan fokus ke AS. Washington akan meresmikan Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang diluncurkan pada bulan Februari lalu. Sebuah strategi untuk memperluas keterlibatan AS dengan memperkuat jaringan aliansi keamanan dan kemitraan demi menahan pengaruh dan ambisi China di kawasan.

Ribuan pasukan AS dan Filipina baru saja mengakhiri latihan militer terbesar pada tahun ini. Menunjukkan kekuatan tempur AS di utara Filipina dekat laut yang berbatasan dengan Taiwan.

Marcos tidak banyak berbicara tentang kebijakan luar negeri tapi dalam sebuah wawancara ia mengatakan ingin mempererat hubungan dengan China. Termasuk mengabaikan keputusan pengadilan internasional 2016 di Den Haag yang membatalkan hampir semua klaim historis China di Laut China Selatan.

 

China menolak mengakui keputusan tersebut dan Marcos pernah dikutip mengatakan "arbitrasi bukan lagi arbitrasi bila hanya ada satu pihak."

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler