Kemenkes: 15 Kasus Mengarah Hepatitis Akut Misterius
Sebanyak 11 sampel lainnya masih dalam proses pemeriksaan laboratorium.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat 15 kasus menunjukkan gejala klinis penyakit hepatitis akut misterius hingga Rabu (11/5/2022). Sementara itu, 11 sampel lainnya masih dalam proses pemeriksaan laboratorium.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, sejak organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) memberikan instruksi supaya waspada terhadap hepatitis akut misterius, Kemenkes memberikan pengumuman kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) tingkat provinsi dan kota/kabupaten.
"Kami (Kemenkes) mengirimkan surat kewaspadaan. Kemudian kami juga memverifikasi ada 15 kasus dengan gejala klinis dan pemeriksaan yang mengarah pada kasus hepatitis akut misterius," katanya saat berbicara di konferensi virtual, Rabu (11/5/2022).
Kemenkes melakukan pemeriksaan sesuai dengan kriteria WHO untuk memastikan sampel ini termasuk dalam kriteria hepatitis akut berat. Ia menyebutkan, dari 15 kasus hepatitis akut misterius, sudah ada pemeriksaan laboratorium meskipun belum lengkap.
Sementara itu, dia melanjutkan, 11 lainnya masih dalam proses pemeriksaan laboratorium. Yang ditunggu dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah berasal dari virus hepatitis jenis A atau B atau C atau D, atau E.
Ia menambahkan, pemeriksaan ini merupakan kriteria yang diminta WHO.
"Kalau bukan dari hepatitis tipe-tipe tersebut maka dilakukan pencarian lainnya dengan genome sequencing atau faktor lain yang berpengaruh," ujarnya.
Ia menjelaskan, sebenarnya hepatitis adalah penyakit yang sudah lama ada di Indonesia. Tak hanya itu, ia menyebutkan beberapa gejala hepatitis juga sudah dikenal yaitu kuning, demam, diare. Bahkan, sudah ada program vaksinasinya.
"Namun, hepatitis akut misterius menyerang tiba-tiba dan belum diketahui penyebabnya. Hepatitis akut ini menjadi gejala yang berat terutama ketika menyerang anak-anak," ujarnya.
Anehnya, berdasarkan investigasi kontak kasus yang dilakukan Kemenkes terhada pasien hasilnya ternyata tak ada yang melakukan perjalanan ke Inggris. Perlu diketahui, penyakit ini dilaporkan pertama kali mucul di Inggris.