Ilmuwan Teliti Aktivitas Mata Sesaat Setelah Seseorang Meninggal Dunia

Ilmuwan mengumpulkan bola mata donor organ kurang dari 20 menit setelah kematian.

Ilustrasi/Mardiah
Donor mata (ilustrasi)
Rep: mgrol136 Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari seluruh dunia sedang melakukan studi ilmiah tentang kematian. Misalnya, para peneliti berupaya menangkap gelombang otak setelah kematian seseorang dan mengidentifikasi kemiripan dengan aktivitas kognitif tingkat tinggi.

Baca Juga


Sekelompok ilmuwan Amerika mungkin telah menemukan cara untuk menghidupkan kembali secercah aktivitas di mata orang yang telah meninggal. Dilansir dari sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature (11/5/2022), para peneliti berhasil membangun kembali hubungan antara neuron penginderaan cahaya di mata donor organ.

Para peneliti melihat aktivitas sel retina pada tikus dan orang-orang, tepat setelah mereka meninggal. Menurut studi pendahuluan, kekurangan oksigen adalah faktor kunci dalam fotoreseptor yang kehilangan koneksinya dengan sel retina lainnya.

Untuk mendapatkan hasilnya, Anne Hanneken, Associate Professor di Scripps Research, mengumpulkan bola mata donor organ kurang dari 20 menit setelah kematian. Disisi lain, Frans Vinberg, asisten profesor di John A. Moran Eye Center, mengembangkan sistem transportasi untuk mengembalikan oksigenasi dan nutrisi lain ke mata donor organ. 

Vinberg telah mengembangkan perangkat yang merangsang dan memantau aktivitas listrik retina. Perangkat ini digunakan untuk menduplikasi sinyal listrik unik yang terlihat pada mata yang hidup, yang dikenal sebagai "gelombang b", di retina postmortem. Setelah dirangsang oleh cahaya, retina postmortem melepaskan gelombang-b tertentu.

"Kami mampu membangunkan sel fotoreseptor di makula manusia," kata Fatima Abbas, seorang ilmuwan biomedis, dan penulis utama studi tersebut.

Fotoreseptor

Kebangkitan fotoreseptor juga meningkatkan kemungkinan transplantasi di masa depan untuk membantu mereka yang kehilangan penglihatan. Di sisi lain, sel dan tambalan retina donor harus diintegrasikan dengan rapi ke dalam sirkuit retina yang ada. 

Bagi para ilmuwan, ini sudah menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Studi ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa mata yang telah ditransplantasikan dapat merespons cahaya. 

Akibatnya, hal itu menimbulkan kekhawatiran tentang kematian yang tidak dapat diubah, sebagian karena kurangnya aktivitas otak.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler