Pesawat Voyager 1 Alami Masalah di Ruang Antarbintang
Voyager 1 sekarang berjarak 23,3 miliar kilometer dari Bumi.
REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Misi Badan Antariksa Amerika (NASA) Voyager 1 diluncurkan pada tahun 1977 telah melewati ruang antarbintang pada tahun 2012 dan terus berjalan. Pesawat ruang angkasa itu sekarang berjarak 23,3 miliar kilometer dari Bumi.
Meski Voyager 1 masih beroperasi dengan baik, para ilmuwan dalam misi baru-baru ini memperhatikan bahwa Voyager 1 tampak bingung tentang lokasinya di luar angkasa tanpa masuk ke mode aman atau membunyikan alarm.
“Misteri seperti ini setara dengan perjalanan pada tahap misi Voyager ini,” kata Suzanne Dodd, manajer proyek Voyager 1 dan kembarannya, Voyager 2, di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, dilansir dari Space, Kamis (19/5/2022).
“Pesawat ruang angkasa itu berusia hampir 45 tahun, jauh melampaui apa yang diantisipasi para perencana misi,” ucap Dodd.
“Kami juga berada di ruang antarbintang-lingkungan radiasi tinggi yang belum pernah diterbangkan oleh pesawat ruang angkasa sebelumnya.”
Kesalahan tersebut berkaitan dengan sistem artikulasi dan kontrol sikap Voyager 1, atau AACS, yang menjaga pesawat ruang angkasa dan antenanya dalam orientasi yang tepat. AACS tampaknya bekerja dengan baik, karena pesawat ruang angkasa menerima perintah, bertindak berdasarkan perintah itu, dan mengirim data sains kembali ke Bumi dengan kekuatan sinyal yang sama seperti biasanya.
Namun demikian, AACS mengirimkan data telemetri sampah penanganan pesawat ruang angkasa. Pernyataan NASA tidak merinci kapan masalah itu dimulai atau berapa lama itu berlangsung.
Agensi mengatakan bahwa personel Voyager akan terus menyelidiki masalah ini dan berusaha untuk memperbaiki atau beradaptasi dengannya. Itu proses yang lambat, karena sinyal dari Bumi saat ini membutuhkan waktu 20 jam 33 menit untuk mencapai Voyager 1.
Sementara itu, probe kembar Voyager 2, juga diluncurkan pada 1977, berperilaku normal. Kekuatan yang dapat dihasilkan pesawat ruang angkasa kembar selalu turun. Anggota tim misi telah mematikan beberapa komponen untuk menghemat energi listrik. Langkah-langkah ini diharapkan bisa membuat probe bekerja setidaknya hingga tahun 2025.