Sidebar

Tiga Pendekatan Meminimalisir Kematian Jamaah Haji

Wednesday, 25 May 2022 10:37 WIB
Tiga Pendekatan Meminimalisir Kematian Jamaah Haji. Foto: Petugas memberikan perawatan kepada jamaah haji Indonesia yang sebagian besar akibat kelelahan dan dehidrasi di Posko Kesehatan Mekkah, Arab Saudi, Minggu (11/8/2019).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA — Pengamat Haji Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi berpendapat ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir angka kematian jamaah haji saat melaksanakan ibadah haji di tanah suci. Dadi menilai jamaah serta seluruh petugas haji harus waspada terhadap pandemi Covid-19 yang belum berakhir serta cuaca ekstrem berupa gelombang panas di Arab Saudi yang mungkin terjadi saat pelaksanaan ibadah haji berlangsung.

Baca Juga


Dadi mengatakan pendekatan yang dapat dilakukan pertama adalah pendekatan kesehatan. Menurutnya meski Arab Saudi sudah melakukan banyak pelanggaran penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, namun menurut Dadi petugas dan jamaah haji Indonesia tidak boleh lalai. Ia berharap setiap individu jamaah dapat menjaga kesehatan dirinya. Selain itu menurutnya petugas juga dapat lebih aktif dalam mengingatkan jamaah

"Misalnya musim panas, haruslah diberikan catatan khusus, jika panasnya ekstrem, petugas haji bisa memberikan imbauan atau kalau perlu larangan kepada jamaah haji untuk tidak keluar maktab dan lebih menghabiskan waktu di masjid atau tempat ibadah lain atau di hotel demi menjaga kesehatan dirinya. Dan difokuskan kepada melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib sifatnya, selama musim haji. Yang lain lain yang sifatnya sunah mungkin bisa disesuaikan dengan kondisi mereka," kata Dadi kepada Republika pada Selasa (24/5/2022).

Ia juga berharap jamaah tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Selain itu pendekatan kedua yakni pendekatan kultural. Menurut Dadi petugas haji bisa mengedukasi jamaah tentang bagaimana adat atau kebiasaan orang-orang Arab menghadapi musim panas yang menyengat. Dadi mencontohkan orang-orang Arab tidak makan dan minum sembarangan saat terjadi cuaca ekstrem seperti panas yang menyengat. Mereka biasanya akan mengkonsumsi susu tertentu yang dapat menjaga tubuh tetap sehat dan dapat beraktivitas.

"Hal-hal seperti ini penting untuk diberikan. Ini kan semacam kearifan lokal. Begitupun pada musim dingin seperti apa. Apa yang dilakukan. Kalau musim panas kegiatan pagi, sampai sore di minimalisir dan dimaksimalkan pada malam hari. Jadi mempelajari bagaimana adat istiadat, perilaku bangsa setempat selama musim haji," katanya.

Ketiga pendekatan fiqih ibadah. Menurut Dadi para pembimbing haji dapat memberikan pemahaman kepada jamaah agar tidak memaksakan diri dalam beribadah dan mengabaikan faktor kesehatan dan keselamatan. Menurutnya jamaah dapat diberikan pemahaman tentang keringanan-keringanan yang dapat diambil oleh jamaah terutama bagi jamaah yang sedang sakit atau dengan risiko tinggi. 

"Biasanya saat melontar jumroh itu kan banyak jamaah yang ingin melakukannya pada waktu tertentu yang afdhal. Masalahnya saat itu semua jamaah haji di berbagai negara juga menginginkan lempar jumroh di waktu afdhal itu. Kalau kita paksakan, cuacanya ekstrem, jamaahnya banyak, itu khawatir terjadi seperti peristiwa haji sebelumnya banyak jamaah yang terinjak-injak," katanya. 

Data Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan mencatat angka mortalitas jamaah haji Indonesia saat berada di Tanah Suci masih tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan dalam kurun 15 tahun terakhir nyaris tidak ada penurunan angka kematian jamaah Indonesia yang signifikan. Di mana kematian terjadi 2 per mil per tahun. Puskes Haji Kemenkes mencatat dari 220 ribu jamaah sekitar 300-400 jamaah meninggal per tahunnya. Periode kritis bagi jamaah haji terjadi pada hari ke-25 setelah pemberangkatan yakni pada fase ibadah di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Sebab di tiga tempat tersebut energi jamaah banyak terkuras. 

Berita terkait

Berita Lainnya