Modernisasi Teknologi Penangkapan Ikan Tingkatkan Pendapatan Nelayan
Pendapatan nelayan seharusnya minimal Rp 4,2 juta per bulan.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – 2024, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS mengatakan salah satu kebijakan dan program pendapatan nelayan dalam rangka pembanunan perikanan tangkap yang menyejahterakan melayan dan berkelanjutan adalah melalui modernisasi teknologi penangkatan ikan.
“Peningkatan produktivitas (CPUE, Hasil Tangkap per Satuan Upaya) secara berkelanjutan adalah melalui modernisasi teknologi penangkapan ikan (kapal, alat tangkap, dan alat bantu); dan penetapan jumlah kapal ikan yang boleh beroperasi di suatu unit wilayah perairan. Sehingga pendapatan nelayan rata-rata di atas 300 dolar AS (Rp 4,2 juta)/nelayan ABK/bulan secara berkelanjutan,” kata Prof Rokhmin Dahuri saat menjadi keynote speaker pada acara pembukaan dealer Honda Marine Padang milik PT Alam Bahari Sukses di Padang, Jumat (27/5).
Hal itu, dia menambahkan, dilakukan melalui modernisasi armada kapal ikan tradisional yang ada saat ini, sehingga pendapatan nelayan ABK (anak buah kapal) di atas 300 dolar AS (Rp 4,5 juta)/nelayan//bulan. Kemudian, pengembangan kapal ikan modern (> 30 GT) dengan alat tangkap yang efisien dan ramah lingkungan untuk memanfaatkan SDI (sumber daya ikan) di wilayah laut 12 mil – 200 mil (ZEEI), dan kapal ikan > 50 GT untuk laut lepas > 200 mil ( International Waters atau High Seas).
“Selain itu, Kurangi intensitas laju penangkapan ikan di wilayah overfishing, dan tingkatkan laju penangkapan di wilayah underfishing,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University itu dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (28/5).
Di samping itu, kata Prof Rokhmin, nelayan harus menangani ikan dari kapal di tengah laut hingga didaratakan di pelabuhan perikanan (pendaratan ikan) dengan cara terbaik (best handling practices), sehingga sampai di darat kualitas ikan terpelihara dengan baik, dan harga jual tinggi.
Tidak kalah pentingnya, kata dia, revitalisasi seluruh pelabuhan perikanan supaya tidak hanya sebagai tambat-labuh kapal ikan, tetapi juga sebagai Kawasan Indsutri Perikanan Terpadu (industri hulu, industri hilir, dan jasa penunjang), dan memenuhi persyaratan sanitasi, higienis serta kualitas dan keamanan pangan (food safety).
“Untuk jenis-jenis ikan ekonomi penting, harus ditransportasikan dari Pelabuhan Perikanan ke pasar domestik maupun ekspor dengan menerapkan cold chain system,” papar Rokhmin.
Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin secara khusus menyoroti peran Honda Marine dalam modernisasi teknolohgi penangkapan ikan dan budidaya perikanan. “Honda Marine merupakan mesin kapal ikan yang modern dan ramah lingkungan beserta suku cadangnya, dengan energi matahari dan energi terbarukan lainnya,” ujar ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.
Selain itu, Honda Marine dilengkapi alat bantu penangkapan ikan: fish finder, GPS, dan lainnya. Juga, mesin pendingin untuk penyimpanan ikan di dalam kapal ikan. “Di samping itu, dilengkapi dengan kincir air (pedal wheel) tambak udang/ikan, dan automatic feeder berbasis suara udang/ikan,” tutur Prof Rokhmin Dahuri.