Amerika Ingin Buat Sistem Tenaga Nuklir Baru di Luar Angkasa

Kontrak demonstrasi tenaga nuklir di luar angkasa diberikan kepada dua perusahaan.

en.wikipedia.org
Bulan. Dua perusahaan akan mendemonstrasikan propulsi nuklir dan kemampuan daya untuk pesawat ruang angkasa kecil yang akan beroperasi di ruang cislunar (Bumi-bulan).
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Unit Inovasi Pertahanan (DIU) ditambahkan ke daftar organisasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Lembaga ini kini melanjutkan pekerjaan mereka untuk menguji coba tenaga nuklir dengan cepat.

Baca Juga


Organisasi tersebut berusaha untuk membuat militer siap menggunakan produk komersial yang muncul. Mereka ingin menunjukkan generasi berikutnya dari propulsi nuklir dan kemampuan daya untuk pesawat ruang angkasa. Tujuan utamanya adalah demonstrasi penerbangan orbital pada 2027, kata pejabat DIU dalam sebuah pernyataan.

Kontrak tersebut diberikan kepada dua perusahaan yakni Ultra Safe Nuclear dan Avalanche Energy. Dua perusahaan itu nantinya akan mendemonstrasikan propulsi nuklir dan kemampuan daya untuk pesawat ruang angkasa kecil yang akan beroperasi di ruang cislunar (Bumi-bulan). 

Ini adalah bagian dari fokus mendesak militer AS pada kegiatan cislunar untuk mengawasi kegiatan komersial. Aktivitas di sana juga akan ditingkatkan dalam beberapa dekade mendatang, termasuk program Artemis yang dipimpin Badan Antariksa Amerika (NASA) internasional yang berupaya menempatkan orang di bulan pada akhir dekade 2020-an.

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Ultra Safe Nuclear akan mendemonstrasikan EmberCore, baterai radioisotop nuklir yang dapat diisi ulang yang berguna untuk propulsi dan daya.

“Sistem radioisotop ‘generasi berikutnya’ ini akan mampu meningkatkan tingkat daya 10 kali lebih tinggi, dibandingkan dengan sistem plutonium, dan menyediakan lebih dari 1 juta kilowatt jam (kWh) energi hanya dalam beberapa kilogram bahan bakar,” kata DIU, dilansir dari Space, Ahad (29/5/2022).

 

Orbitron Avalanche Energy berusaha untuk menjebak ion fusi di medan elektrostatik, dengan bantuan magnetron untuk menjaga elektron lebih dekat ke inti atom.

“Pembakaran fusi yang dihasilkan kemudian menghasilkan partikel energik yang menghasilkan panas atau listrik, yang dapat memberi daya pada sistem propulsi efisiensi tinggi,” ujar DIU.

Dibandingkan dengan konsep fusi lainnya, perangkat Orbitron menjanjikan untuk aplikasi luar angkasa karena ukurannya dapat diperkecil dan memungkinkan penggunaannya sebagai penggerak dan sumber daya.

Organisasi militer lain yang mencari teknologi nuklir cislunar adalah Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Pada 4 mei, organisasi tersebut mengumumkan siap untuk melanjutkan proyek untuk merancang, mengembangkan, dan merakit mesin roket termal nuklir untuk demonstrasi penerbangan yang diharapkan di orbit Bumi pada tahun 2026.

Proposal tersebut akan mendukung program Demonstration Rocker for Agile Cislunar Operations (DRACO) DARPA, yang bertujuan mengembangkan sistem propulsi termal nuklir (NTP) untuk digunakan di ruang Bumi-bulan.

 

NASA juga sedang mencari NTP. Sistem seperti itu dapat membawa astronaut ke Mars dalam waktu setengah dari sistem propulsi saat ini yang akan memakan waktu enam hingga sembilan bulan. Permintaan anggaran fiskal NASA 2023, yang belum disetujui oleh Kongres, mencakup 15 juta dolar AS atau Rp 218.091.000.000,- untuk mendukung propulsi nuklir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler