Elektabilitas Setahun Terakhir: Ganjar Naik, Prabowo Turun, Anies Stagnan
Dalam simulasi tiga pasang capres-cawapres, Ganjar selalu menang.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Mimi Kartika, Nawir Arsyad Akbar, Antara
Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai calon presiden naik signifikan. Elektabilitas Ganjar mengungguli Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, baik dalam simulasi pertanyaan terbuka, semiterbuka, tertutup, bahkan ketika ketiganya disandingkan sebagai calon presiden.
"Artinya konsisten dalam simulasi banyak nama tadi, kemudian dikerucutkan menjadi tiga nama Ganjar masih unggul dibanding Prabowo dan Anies," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam rilis hasil survei SMRC secara daring, Kamis (9/6/2022).
Dia memaparkan, pada simulasi semi terbuka dengan daftar 42 nama calon presiden, Ganjar meraup suara sebesar 22,5 persen. Dukungan publik kepada Ganjar ini melampaui dukungan kepada Prabowo Subianto yang memperoleh suara sebesar 17,5 persen dan juga Anies Baswedan yang mendapatkan 13,2 persen.
Sedangkan, nama-nama lainnya di bawah tiga persen dan masih ada 25,2 persen yang belum menjawab. Menurut SMRC, survei ini menunjukkan lonjakan dukungan publik kepada Ganjar Pranowo dari 8,8 persen pada survei Maret 2021 menjadi 22,5 persen pada survei Mei 2022.
Sementara suara pesaing terdekatnya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, tidak mengalami banyak perubahan dalam satu tahun terakhir. Suara dukungan kepada Prabowo Subianto cenderung menurun dari 20 persen (Maret 2021) menjadi 17,5 persen (Mei 2022) dan suara Anies Baswedan sedikit mengalami penguatan dari 11,2 persen menjadi 13,2 persen pada periode yang sama.
Deni mengatakan, dalam dua bulan terakhir dukungan kepada Ganjar naik dari 26,3 persen pada Maret 2022 menjadi 30,3 persen pada Mei 2022 dalam simulasi tiga nama bersama Prabowo dan Anies. Sedangkan, dukungan kepada Prabowo turun dari 34,3 persen menjadi 27,3 persen dan dukungan kepada Anies tidak banyak berubah dari 23,8 persen menjadi 22,6 persen.
"Dalam setahun terakhir (Mei 2021-2022) dalam simulasi tiga nama teratas menurut berbagai survei sejauh ini, Ganjar naik dari 25,5 persen ke 30,3 persen; Prabowo turun dari 34,1 persen ke 27,3 persen; Anies cenderung stagnan, di 23,5 persen dan 22,6 persen," kata Deni.
SMRC kemudian membandingkan tren elektabilitas Ganjar saat ini menuju Pemilu 2024 dengan Joko Widodo (Jokowi) pada 2011-2014 menuju Pemilu 2014. Sekitar 2,5 tahun sebelum hari pemungutan suara pemilihan presiden, dalam pertanyaan terbuka, elektabilitas Ganjar lebih tinggi dibandingkan Jokowi dan terus naik bersamaan dengan mendekati hari H.
Dia mengatakan, nama Jokowi tidak muncul atau disebutkan oleh responden dalam pertanyaan terbuka pada Juli 2011. Sedangkan, Ganjar sudah memperoleh 6,1 persen dalam simulasi top of mind pada survei yang dirilis Maret 2021.
"Kalau Jokowi unggul dari nol, maka Ganjar berpeluang lebih baik untuk unggul karena elektabilitas Ganjar muncul dan berkembang lebih awal dari Jokowi," ujar dia.
Survei SMRC ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang mempunyai hak pilih dalam pemilu. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden.
Response rate atau responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1.060 atau 87 persen melalui tatap muka. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar kurang lebih 3,07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Poltracking Indonesia pada hari ini juga merilis survei terkait proyeksi kandidat kuat untuk Pilpres 2024. Salah satunya adalah elektabilitas calon presiden lewat simulasi dari 18 nama, di mana teratas masih konsisten tiga nama, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Selanjutnya, Poltracking mengerucutkan 18 nama tersebut menjadi simulasi 10 nama. Tiga teratas adalah nama-nama tersebut, yakni Ganjar (26,9 persen), Prabowo (22,5 persen), dan Anies (16,8 persen).
"Itu selalu konsisten yang tertinggi dua digit itu ada tiga nama, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan yang sebenarnya tidak terpaut terlalu jauh lebih kurang 5 persen selisihnya," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yudha Ar dalam rilisnya di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis.
Tujuh nama sisanya adalah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (3,6 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (3,4 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (2,6 persen), dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (2,2 persen). Sisanya adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (2,0 persen), Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto (1,8 persen), dan Ketua DPR Puan Maharani (1,2 persen).
Poltracking Indonesia juga melakukan survei dengan simulasi tiga nama teratas, Ganjar masih posisi teratas dengan 30,6 persen, Prabowo (26,8 persen), dan Anies (19,8 persen). Adapun 8,5 persen tidak mau menjawab atau merahasiakan jawabannya dan 14,3 persen menyatakan tidak tahu.
"Selisih 5 persen dalam waktu yang pemilunya masih sekitar 20 bulan atau hampir dua tahun, itu angka yang sangat tipis. Jadi simpulan pertama capres berpotensi, capres terkuat itu baru tiga orang, baru tiga nama ini," ujar Yudha.
Dalam simulasi pilpres yang terdiri dari tiga pasang capres-cawapres, Ganjar juga selalu unggul. Simulasi pertama adalah pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir melawan Prabowo Subianto-Puan Maharani dan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Dalam simulasi ini, Ganjar-Erick memperoleh angka elektabilitas 27,6 persen, diikuti pasangan Prabowo-Puan 20,7 persen dan Anies-AHY 17,9 persen," ujar Hanta Yudha.
Simulasi kedua adalah Ganjar-Sandiaga Salahuddin Uno, melawan Prabowo-Erick Thohir dan Anies-Puan. Hasilnya adalah pasangan pertama unggul dengan 26,7 persen, lalu Prabowo-Erick (22,5 persen) dan Anies-Puan (12,2 persen).
Terakhir ada pasangan Ganjar-Erick, Prabowo-Puan, dan Anies-Sandiaga. Dalam simulasi tersebut, pasangan yang menjadikan Ganjar sebagai capres masih menjadi yang teratas dengan 26,4 persen.
"Prabowo Subianto-Puan Maharani 19,8 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno 18,9 persen. 20,0 persen tidak tahu atau tidak jawab," ujar Yudha.
Poltracking Indonesia melakukan survei dengan wawancara tatap muka pada 16 sampai 22 Mei 2022. Populasi survei adalah warga negara Indonesia (WNI) yang telah memiliki hak pilih, dengan jumlah responden sebanyak 1.220 orang.
Margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Adapun metode sampel menggunakan metode multistage random sampling.
In Picture: PKB dan PKS Jajaki Koalisi Pemilihan Presiden 2024
Meskipun nama Ganjar Pranowo selalu berada di atas dalam daftar elektabilitas capres berdasarkan ragam hasil survei, belum ada jaminan dari PDIP bahwa gubernur Jateng itu akan mendapatkan tiket pilpres. Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bahkan menyebutkan, sudah ada arahan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Ganjar.
"Arahannya kita ini satu keluarga besar yang menyatukan diri dalam organisasi PDI Perjuangan dengan sejarah yang begitu panjang dengan cita-cita besar untuk Indonesia Raya, sehingga semuanya berdisiplin," kata Hasto, usai menghadiri Peresmian Masjid At Taufiq, di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (8/6/2022).
Menurut Hasto, arahan Megawati itu terkait dengan pelaksanaan Pilpres 2024 agar mekanisme yang berjalan diterapkan dengan baik. "Hal itu yang melahirkan Pak Jokowi pada 2014, dan lahirlah banyak pemimpin bangsa dan daerah," kata Hasto.
Terkait isu sinyal dukungan Presiden Jokowi dan pendukungnya terhadap Ganjar Pranowo, kata Hasto, isu tersebut sama sekali tidak mengganggu hubungan antara Jokowi dan Megawati. "Saya kira hubungannya baik-baik saja. Tadi kita lihat, kemarin juga, pertemuannya Jokowi dan Megawati berlangsung baik. Beliau secara periodik bertemu untuk berdialog tentang bangsa dan negara. Bahkan, Pak Presiden mengatakan hubungannya dengan Ibu Mega adalah hubungan batin, hubungan ibu dan anak yang cukup dalam," tuturnya.
Ganjar Pranowo sebelumnya sudah menegaskan bahwa dirinya tetap menghormati Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang memiliki hak prerogatif dalam menentukan sosok calon presiden yang akan diusung pada Pilpres mendatang.
"Ya tetap menghormatilah," tegas Ganjar di Semarang, Kamis pekan lalu, ketika menanggapi berbagai kritikan dari kolega sesama kader PDIP, salah satunya mengenai anggapan sudah tidak menghormati lagi Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Ganjar menjelaskan, bahwa yang berhak menentukan capres dari PDIP pada Pilpres 2024 adalah Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Capres PDIP itu sudah jelas, itu urusannya Ketum, urusannya Bu Megawati, lha saya tak nyambut gawe ngurusi rob, tak nyambut gawe ngurusi minyak goreng," ujarnya.
Orang nomor satu di Jateng itu juga menganggap kritikan dari politisi senior PDIP Trimedya Pandjaitan sebagai vitamin dan masukan untuk mengoreksi diri.
"Dia sahabat saya kok, kritiknya menurut saya bagian dari cara dia mengingatkan seorang kawan, menjadi koreksi kita untuk kita perbaiki," kata Ganjar.