7 dari 10 Muslim Inggris Jadi Korban Islamofobia di Tempat Kerja
Sekitar 7 dari 10 Muslim di Inggris telah mengalami Islamofobia di tempat kerja.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekitar 7 dari 10 Muslim di Inggris telah mengalami Islamofobia di tempat kerja. Hal ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan polling Savanta ComRes, yang ditugaskan oleh Hyphen, sebuah organisasi dan publikasi online yang berfokus pada isu-isu yang mempengaruhi Muslim di seluruh Inggris dan Eropa.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa 69 persen pekerja Muslim Inggris telah menghadapi berbagai bentuk perilaku atau tindakan Islamofobia dalam aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan. Terutama interaksi tatap muka dengan klien, pelanggan, serta pertemuan dengan orang lain, pertemuan terkait pekerjaan, dan ketika meminta promosi.
Sebanyak 1.503 Muslim Inggris diwawancarai antara 22 April dan 11 Mei tahun ini untuk mengumpulkan data yang mewakili populasi Muslim di kabupaten itu menurut usia, jenis kelamin, etnis, dan wilayah setempat. Dilansir The New Arab, Kamis (9/6/2022), survei tersebut menemukan Muslim kulit hitam adalah yang paling terkena dampak diskriminasi Islamofobia, dibandingkan dengan Muslim lainnya.
Misalnya, 58 persen Muslim kulit hitam menceritakan kejadian diskriminatif pada tahap perekrutan, sementara 37 persen Muslim non-kulit hitam melaporkan pengalaman serupa. Sementara itu, umat Islam juga menghadapi tingkat kemiskinan yang lebih besar karena Inggris bergulat dengan biaya hidup yang lebih tinggi.
Sekitar 54 persen mengatakan bahwa memenuhi kebutuhan dasar seperti bahan bakar, listrik dan bahan makanan terbukti menjadi tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir.
Selama Ramadhan tahun ini, Dewan Muslim Inggris menyatakan bahwa hampir setengah dari Muslim negara itu tidak memiliki cukup makanan untuk berbuka puasa selama bulan suci, karena meningkatnya inflasi menyebabkan lonjakan harga pangan. Namun, 55 persen merasa bahwa ada peluang yang lebih baik yang memungkinkan Muslim untuk menemukan kesuksesan di Inggris, dan 58 persen menyatakan bahwa pemuda Muslim saat ini memiliki lebih banyak panutan untuk dijadikan panutan.
Ini bukan kasus pertama Islamofobia yang menargetkan Muslim Inggris. Pengawas independen NHS Race and Health Observatory melaporkan bahwa Muslim Inggris, terutama wanita, dihadapkan dengan bukti yang luar biasa dari ketidaksetaraan di bidang kesehatan melalui rasisme dalam sistem perawatan kesehatan NHS.
Awal tahun ini, University of Birmingham menyimpulkan bahwa warga Inggris dari latar belakang kelas atas dan menengah lebih mungkin memiliki pandangan berprasangka terhadap Muslim, terhitung 23,3 persen dari 1.667 orang dewasa yang disurvei.