Harga Minyak Turun Tertekan Lockdown China
Beberapa bagian Shanghai, China, mulai memberlakukan pembatasan baru.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak turun pada penutupan Kamis (9/6/2022) waktu setempat, tetapi masih berada di dekat level tertinggi tiga bulan. Penurunan harga terjadi setelah beberapa bagian Shanghai memberlakukan tindakan penguncian COVID-19 baru.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun 51 sen atau 0,4 persen, menjadi menetap di 123,07 dolar AS per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli kehilangan 60 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup di 121,51 dolar AS per barel.
Harga minyak telah reli panjang selama dua bulan terakhir, dipimpin oleh kenaikan besar dalam harga-harga produk olahan karena pasokan penyulingan yang ketat dan permintaan yang melonjak. Di seluruh dunia, penyulingan telah menutup fasilitas, dan kapasitas juga ketat karena berkurangnya aktivitas di Rusia, pengekspor minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia, setelah invasinya ke Ukraina.
Puncak permintaan bensin musim panas di Amerika Serikat terus mendorong harga minyak mentah. AS dan negara-negara lain telah terlibat dalam serangkaian pelepasan cadangan strategis, tetapi efeknya masih terbatas dengan produksi minyak mentah global yang meningkat sangat lambat.
"Saya pikir harga energi yang lebih tinggi ada di sini untuk neraca tahun ini, kecuali kita melihat beberapa terobosan yang memungkinkan sejumlah besar minyak mentah kembali ke pasar," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, di Houston.
Stok bensin AS secara tak terduga turun pekan lalu, data pemerintah menunjukkan pada Rabu (8/6/2022), menunjukkan ketahanan permintaan bahan bakar kendaraan bermotor selama periode mengemudi puncak meskipun harga di SPBU sangat tinggi. Permintaan empat minggu AS sekitar 9 juta barel per hari, hanya turun 1,0 persen dari level 2021.
"Meskipun harga lebih tinggi, kami belum melihat penurunan permintaan yang cukup besar," kata Wakil Presiden Senior StoneX Financial, Thomas Saal.
Pabrik penyulingan tidak mampu memenuhi permintaan. Amerika Serikat berada pada kapasitas pemrosesan yang hampir mencapai puncaknya sementara China telah membuat penyulingan offline karena pembatasan terkait COVID.
Ekspor China pada Mei melonjak 16,9 persen dari tahun sebelumnya karena pelonggaran pembatasan COVID memungkinkan beberapa pabrik untuk mulai kembali beroperasi, pertumbuhan tercepat sejak Januari tahun ini dan lebih dari dua kali lipat ekspektasi para analis. Itu bisa menunjukkan lebih banyak kapasitas penyulingan pada akhirnya akan online, tetapi wilayah metropolitan utama China masih memiliki beberapa pembatasan perjalanan terkait COVID yang mengurangi permintaan.
Beberapa bagian Shanghai mulai memberlakukan pembatasan penguncian baru pada Kamis (9/6/2022), dengan penduduk distrik Minhang diperintahkan untuk tinggal di rumah selama dua hari untuk mengendalikan risiko penularan.