Cerita Mualaf Iwan yang Pernah Jadi Imam dan Bermakmumkan Seorang Nenek
Mualaf Iwan akrab dengan Islam sejak usia anak-anak meski belum bersyahadat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemilik nama lengkap Simon Sofian Iwan Wibowo hidup bersama kedua orang tuanya yang merupakan satu-satunya non-Muslim di lingkungan mereka berdomisili, tepatnya di daerah Cilacap, Jawa Tengah.
"Ayah saya merupakan keturunan Tionghoa dan ibu saya campuran Jawa dan Tionghoa, dan orang tua saya merupakan Non-Muslim satu-satunya di kampung saat itu, "ujar pria 23 tahun ini sebagaimana dikutip dari Harian Republika, Selasa (14/6/2022).
Sejak kecil Iwan ditemani pengasuh, karena kedua orang tuanya sibuk mengurus usaha keluarga. Pengasuhnya yang seorang Muslim dan lingkungan yang Islam pun mempengaruhi kehidupan Iwan semasa kecil.
Dia sering diajak bermain di sekitar masjid, bahkan ketika pengasuhnya sholat tarawih tak jarang Iwan diajak untuk ikut sholat. Iwan pun dikenalkan dengan busana Muslim untuk laki-laki.
Budaya Muslim ini tidak terlalu terasa ketika Iwan bersekolah di sekolah dasar karena dia sekolah di sekolah berbasis agama non-Muslim . Selain itu sekolah tersebut hanya menerima murid non-Muslim .
Berbeda ketika SMP, meski sekolah berbasis agama non-Muslim namun murid yang bersekolah tak hanya non-Muslim . Banyak Muslim yang juga bersekolah disana, sehingga Iwan kembali bergaul dengan teman berbagai kalangan termasuk Muslim.
Bahkan dia lebih sering bergaul dengan teman Muslim. Tak jarang ketika waktu sholat tiba, Iwan memilih untuk menunggu di pelataran masjid hingga temannya selesai sholat jika hendak bermain atau pulang sekolah bersama.
Namun saat itu, dia merasa belum ada niat untuk memeluk Islam. Tiba di usia SMA, Iwan memilih bersekolah di sekolah negeri. Di sekolah ini tentu mayoritas adalah murid-murid Muslim.
"Tetapi saya sudah terbiasa untuk mengucapkan lafaz Islam seperti istighfar maupun alhamdulillah," ujar dia.
Di SMA, Iwan mulai tergerak hatinya untuk mempelajari Islam. Bahkan dia berjanji setelah cukup umur dan lulus SMA dia akan bersyahadat.
Iwan tetap beribadah setiap akhir pekan. Pada 2017, Iwan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tepatnya Amikom Purwokerto. Karena cukup jauh dari rumah, Iwan memutuskan untuk nge-kost sekitar kampus.
Baca juga : Fauzan Tempuh Perjalanan 5.000 Km dengan Sepeda dari Magelang ke Makkah untuk Berhaji
Di kampus, seperti halnya di SMA, mayoritas teman-temannya pun Muslim. Iwan memiliki sahabat dekat, Aldi namanya.
Dialah yang mengenalkan Islam dan membawanya lebih dekat dengan hidayah. Aldi sering menunjukkan video ceramah Ustadz Felix Siaw dan Ustadz Zakir Naik.
Iwan merasa memiliki kesamaan dengan Ustadz Felix Siaw karena seorang keturunan Tionghoa. Sejak saat itu, Iwan bertekad jika suatu hari dirinya benar-benar memeluk Islam, dia pun akan mengabdikan dirinya di jalan dakwah.
Iwan juga mempelajari ceramah Ustadz Zakir Naik. Dia banyak membedah isi kitab suci agamanya sebelumnya.
Setelah Iwan kembali membuka kitab sucinya, benar saja banyak ajaran agamanya yang tidak pernah dibahas di tempat ibadah oleh pemuka agama. Dia merasa hal itu terkesan disembunyikan, padahal ajaran agama dalam kitab suci yang tersembunyi itu lebih dekat dengan ajaran Islam.
Sejak saat itu, Iwan menjadi yakin untuk memeluk agama Islam. Dia pun meminta temannya untuk menghubungi dosen agama Islam.
Baca juga : Syarat Daftar Sertifikasi Halal Gratis Kategori Self Declare, Ini Rinciannya
Ketika jam kuliah agama Islam selesai, disaksikan teman satu kelas, Iwan kemudian bersyahadat. Usai bersyahadat, Iwan disarankan untuk bersyahadat ulang di lembaga resmi yang bisa mengeluarkan sertifikat sebagai bukti keislamannya.
Iwan pun kemudian bersyahadat kembali di Masjid Fatimatuzzahra Purwokerto, Februari 2018. Setelah bersyahadat, Iwan pun ditawari untuk mondok di pesantren masjid tersebut.
Namun karena libur semester segera tiba, Iwan memilih untuk pulang ke kampung halaman terlebih dahulu. Setibanya di rumah, Iwan baru berbicara kepada ayahnya bahwa dia telah memeluk Islam.
Tentu saja respons sang ayah terkejut, karena menduga keislamannya terkait teman dekat wanitanya. Memang dahulu Iwan sempat dekat dengan wanita Muslim .
Tetapi Iwan beralasan bukan hal itu yang menjadikan dia Muslim saat ini, dia pun menegaskan sudah tidak berhubungan dengan wanita tersebut.
Baca juga : Catatan Kritis Gus Nadir Soroti Fatwa NU dan MUI Soal Hewan Qurban PMK
Lantaran baru saja memeluk Islam, Iwan berusaha sebaik mungkin untuk mengamalkan ajaran Islam. Dia selalu berpakaian jubah, peci dan membawa tasbih.
Bahkan sholat pun selalu datang ke masjid awal waktu. Padahal di desanya, saat itu lebih banyak orang sibuk bekerja sehingga masjid selalu sepi, Iwan pun harus adzan, iqamat seorang diri dan hanya bermakmumkan seorang nenek.
Sempat sang ayah berbincang, bahwa satu hari usahanya akan diwariskan kepadanya. Namun sang ayah khawatir karena setiap adzan, dia selalu pergi ke masjid.
Nantinya khawatir tokonya akan tutup setiap adzan berkumandang, karena Iwan pergi ke masjid. Namun dengan santun Iwan menjelaskan bahwa sholat tidaklah lama, bahkan dia bisa menitipkan lima hingga sepuluh menit kepada pegawainya.
Keluarganya memang tidak terlalu fanatik. Karena memang orang tuanya tidak menganut satu agama. Ayahnya berpisah dengan ibu kandungnya. Ibu kandungnya kemudian menikah kembali dengan seorang pria Muslim. Sehingga ibunya pun telah menjadi Muslim hingga akhir hayatnya.
Usai libur semester, Iwan kembali untuk kuliah. Dia berniat untuk melanjutkan kost dan sudah tiba waktunya untuk membayar uang kost.
Ujian pertama dirinya saat itu dimulai. Sebelum kembali ke kost karena sudah masuk waktu sholat dia beristirahat dan sholat.
Baca juga : Ada Adegan LGBT, 14 Negara Larang Pemutaran Film Lightyear, Termasuk Indonesia?
Iwan dihampiri seseorang yang juga sedang berada di masjid. Singkat cerita orang itu mengalami kesulitan dan membutuhkan uang.
"Saya mungkin terhipnotis, padahal niat saya baik ingin membantu orang tersebut. Tetapi saya justru memberikan seluruh uang yang saya berikan sekitar Rp 2,7 juta,"ujar dia.
Padahal uang tersebut akan Iwan gunakan untuk membayar kost dan biaya hidupnya. Bersyukur, Iwan ingat pernah ditawari untuk tinggal di Pesantren Mafaza untuk mendalami Islam yang dikhususkan untuk mahasiswa.
Iwan kemudian menghubungi Ustadz yang dahulu membimbingnya bersyahadat. Dan langsung diterima dengan tangan terbuka.
Iwan yang cerdas, dalam waktu singkat bisa mengikuti pelajaran yang diajarkan di pesantren tersebut. Bahkan dia telah hafal 10 juz paling cepat lulus di angkatannya.
Setelah lulus dari program pesantren, Iwan pun mengabdikan dirinya untuk mengajar mengaji. Dan Allah SWT pun mempertemukan jodoh di tempat yang sama.
Iwan kemudian menikah dan berhenti kuliah di semester lima. Dia memilih untuk berdakwah. Namun kini Iwan memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di kampus lain dengan waktu yang lebih luang dibanding kampus terdahulu yang padat
Kini Iwan hanya berharap seluruh keluarga dekatnya bisa memeluk Islam. Agar dapat bersama-sama beribadah hingga ke surga kelak. Iwan dan keluarga sang ayah hingga saat ini pun masih tetap berhubungan baik. Begitu juga dengan sang istri dan anaknya.