Turki dan Rusia Belum Sepakati Cara Kirim Gandum Ukraina

Rusia dan Turki berbeda pandangan soal cara pengiriman gandum Ukraina

AP/Efrem Lukatsky
Petani Serhiy menunjukkan biji-bijiannya di lumbungnya di desa Ptyche di wilayah Donetsk timur, Ukraina, Minggu, 12 Juni 2022. Serhiy mengaku tidak bisa menjual biji-bijiannya karena tidak ada yang mau datang ke daerah yang terkena dampak penembakan Rusia . Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum dan jagung terbesar di dunia, tetapi invasi Rusia dan blokade pelabuhannya telah menghentikan sebagian besar aliran itu.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Rusia mengatakan telah menawarkan jalan aman untuk pengiriman gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam, Rabu (15/6/2022). Hanya saja, Turki menyarankan agar kapal dapat dipandu di sekitar ranjau laut.

"Kami tidak bertanggung jawab untuk membangun koridor yang aman. Kami mengatakan kami dapat menyediakan jalur yang aman jika koridor ini dibuat,” kata Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  Vassily Nebenzia.

"Jelas itu akan menentukan wilayah ranjau, yang ditambang oleh Ukraina, atau memastikan bahwa jalur itu melewati ranjau itu," katanya.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu sebelumnya mengatakan, akan membutuhkan waktu untuk menghapus ranjau di pelabuhan-pelabuhan Ukraina. Walau dia optimis koridor laut yang aman dapat didirikan di daerah-daerah tanpa ranjau di bawah proposal PBB. Ankara masih menunggu reaksi Moskow terhadap rencana tersebut.

"Karena lokasi tambang diketahui, jalur aman tertentu akan dibuat di tiga pelabuhan," kata  Cavusoglu.   

Cavusoglu mengatakan kapal komersial dapat berjalan menggunakan panduan kapal Ukraina seperti yang dirinci dalam rencana. "Dengan demikian bisa datang dan pergi dengan aman ke pelabuhan tanpa perlu membersihkan ranjau," ujarnya.

Pengiriman biji-bijian Ukraina terhenti sejak invasi Rusia dan blokade pelabuhan, memicu harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk. PBB berusaha menengahi kesepakatan untuk melanjutkan ekspor Ukraina dan ekspor makanan dan pupuk Rusia.

"PBB telah bekerja sama erat dengan pihak berwenang Turki dalam masalah ini," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric merujuk pada pengiriman ekspor barang dari Ukraina.

"Agar ini bisa maju, perlu ada kesepakatan dari pihak Ukraina, dari pihak Rusia," katanya.

Ukraina khawatir bahwa menambang ranjau pelabuhannya akan membuatnya jauh lebih rentan terhadap serangan Rusia dari Laut Hitam. "Orang-orang militer kami menentangnya, jadi itulah mengapa kami memiliki optimisme yang sangat, sangat terbatas untuk model ini," kata seorang anggota parlemen dan anggota tim negosiasi Ukraina dengan Rusia David Arakhamia mengatakan pada sebuah acara di Washington pada Rabu.

Juru bicara keamanan nasional di Gedung Putih John Kirby mengatakan, mengeluarkan gandum dari Ukraina adalah masalah rumit, tetapi Presiden AS Joe Biden tetap berpikiran terbuka. "Dia melakukan semua yang dia bisa untuk membawa gandum itu ke pasar. Kami semua memperhatikan rasa urgensi di sini. Kami bekerja sangat, sangat keras," ujarnya.

Biden mengatakan sehari sebelumnya, bahwa silo sementara akan dibangun di sepanjang perbatasan dengan Ukraina dalam upaya untuk membantu mengekspor lebih banyak biji-bijian. Upaya ini diharapkan dapat mengatasi krisis pangan global yang berkembang.

Cavusoglu membahas rencana PBB dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Ankara pekan lalu. Hanya saja dia mengatakan ketika itu, diskusi lebih lanjut dengan Moskow dan Kiev diperlukan. Lavrov kemudian mengatakan, tanggung jawab ada di Ukraina untuk membersihkan ranjau di sekitar pelabuhannya agar kapal komersial mendekat.

Ankara yang memiliki tentara terbesar kedua di NATO dan angkatan laut yang substansial memiliki hubungan baik dengan Kiev dan Moskow. Turki telah mengatakan siap untuk mengambil peran dalam mekanisme pengamatan"yang berbasis di Istanbul jika ada kesepakatan.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler