Penyintas Omicron Berpotensi Kena Reinfeksi Subvarian BA.1 dan BA.2 Maupun BA.4 dan BA.5
Penurunan kekebalan juga tampak pada penyintas omicron yang sudah divaksinasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada cukup banyak orang yang pernah terinfeksi oleh varian omicron lalu mengalami reinfeksi akibat subvarian omicron lama, yaitu BA.1 dan BA.2 maupun subvarian baru, yaitu BA.4 dan BA.5. Reinfeksi ini bahkan bisa mengenai orang yang sudah memiliki perlindungan "ganda" dari riwayat infeksi alami omicron dan vaksin Covid-19.
Padahal, saat seseorang terkena Covid-19 atau divaksinasi, sistem imun tubuh akan memiliki jejak dan ingatan mengenai virus penyebabnya. Dengan begitu, sistem imun tubuh bisa memberikan perlawanan bila di masa mendatang tubuh kembali terpapar oleh virus serupa. Akan tetapi, hal ini tampaknya tak berlaku pada orang yang terinfeksi oleh varian omicron.
"Bukan hanya dapat menembus perlindungan vaksin, (varian baru) ini tampak meninggalkan sangat sedikit jejak yang kita harapkan ada pada sistem imun," jelas peneliti dari Departemen Imunologi dan Inflamasi di Imperial College London, Profesor Danny Altmann, seperti dilansir The Sun, Kamis (16/6/2022).
Prof Altmann dan rekan peneliti mulanya melihat ada cukup banyak kasus reinfeksi pada orang yang pernah terkena omicron. Bahkan reinfeksi ini juga bisa mengenai penyintas infeksi omicron yang sudah mendapatkan perlindungan vaksin Covid-19.
Oleh karena itu, Prof Altmann dan tim melakukan sebuah penelitian yang menganalisis lebih dari 700 sampel darah dari para tenaga kesehatan di Inggris yang sudah menerima dosis booster atau dosis ketiga vaksin Covid-19. Para tenaga kesehatan ini menerima booster dari vaksin mRNA Pfizer atau Moderna.
Sebelum gelombang omicron melanda, para partisipan ini tampak bisa melindungi diri dari paparan Covid-19 dari berbagai varian SARS-Cov-2 yang lama. Akan tetapi, perlindungan ini tampak menurun setelah gelombang omicron datang dan berbagai subvarian omicron bermunculan.
Melalui studi yang dimuat dalam jurnal Science ini, partisipan yang pernah terinfeksi oleh varian alpha tampak memiliki respons antibodi yang lebih rendah dalam melawan varian omicron. Para partisipan yang terkena Covid-19 pada gelombang pertama pandemi dan kembali tertular Covid-19 akibat omicron juga tampak kurang memiliki peningkatan kekebalan.
Para peneliti menamai kondisi tersebut dengan istilah hybrid immune damping. Ini merupakan sebuah kondisi di mana infeksi dari strain SARS-CoV-2 lama mengganggu efek peningkatan kekebalan dari infeksi omicron yang terjadi setelahnya.
Temuan ini menyanggah anggapan populer sebelumnya bahwa infeksi omicron merupakan booster alami yang tak berbahaya untuk imunitas yang dibangun oleh vaksin Covid-19. Sebaliknya, infeksi omicron justru bisa menghindari imun dan tidak meninggalkan "jejak" yang signifikan untuk sistem imun.
"Terinfeksi dengan omicron tidak memberikan peningkatan yang kuat pada imunitas dalam melawan reinfeksi akibat Omicron di masa berikutnya," ungkap ketua tim peneliti dari Departemen Penyakit Menular di Imperial College London, Profesor Rosemary Boyton.
Tim peneliti menilai, temuan terbaru dalam studi ini telah menyoroti adanya potensi mengkhawatirkan dari sifat infeksi omicron. Namun di sisi lain, tim peneliti juga menekankan bahwa vaksin Covid-19 masih efektif dan bermanfaat dalam mencegah kemunculan gejala berat dan kematian akibat Covid-19.
"Mereka yang layak menerima booster perlu didorong untuk mendapatkannya," ungkap Prof Altmann.