Difabel Sejak Lahir, Lili Bantu Ibu Buka Warung Penyet
Lili sukses menempuh kuliah di Universitas Widya Mandala di Surabaya.
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Orang-orang yang terlahir normal mustilah bisa belajar dari Lili. Ia terlahir dengan tak memiliki tangan dan tak memiliki kaki sama sekali.
Tapi ia tak pernah menyerah, alih-alih ia justru punya tekad kuat untuk membahagiakan ibunya.
“Saya belum bisa bantu ibu padahal usia saya sudah 26 tahun,” kata Lili kepada wartawan secara daring via live streaming GoPlay, Rabu (16/6/2022).
Pemilik nama asli Kimberli Aprilia Harefa ini mengatakan bahwa sampai lulus SMP ia sangat minder. Padahal sebenarnya ia jago menggambar pemandangan alam sejak SD sampai sering juara lomba. Tapi menerima takdir bukanlah hal yang mudah bagi Lili.
“Ibu saya, Siti Rohima, yang selalu kasih semangat,bahwa kalau saya tekun belajar, mengasah skill, saya bisa sekolah setinggi-tingginya,” kata Lili, yang berasal dariDesa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo ini.
Lili belajar keras dan tak terpengaruh dengan keterbatasannya yang tak memiliki tangan dan kaki sama sekali. Ia tak mau kalah dari orang-orang yang terlahir normal.
Setelah selesai SMA di Yayasan BaktiLuhur Surabaya, Lili sukses menempuh kuliah di Universitas Widya Mandala di Surabaya jurusan Psikologi dengan lulus dalam waktu tempuh studi normal. Lili juga dikenal sangat jago menggunakan bahasa isyarat mulut dan juga mengetik dengan menggunakan stik yang ia gerakkan melalui mulutnya. Seperti orang normal mengetik cepat dengan jarinya, Lili sanggup sangat cepat menggerakkan stik dengan mulutnya untuk mengetuk-ngetuk keyboard laptop.
Tapi dunia pekerjaan tetaplah bukan dunia yang ramah untuk seorang tuna daksa seperti Lili.
Lili bekerja menjadi staf HRD di sebuah yayasan difabel dengan jumlah siswa yang sangat terbatas. Bekerja dari rumah, Lili mendapat pendapatan tak sampai Rp 1 juta sebulan.
Kini Lili aktif menunjukkan keahlian menggambarnya melalui platform live streaming GoPlay. Menunjukkan kemampuannya kepada wartawan, Lili menggesertubuhnya, dengan gesit ia meletakkan dagunya di atas mouse, digeser ke kanan ke kiri, ia memilih lagu, lalu masih dengan dagunya ia membuka foto yang akan ia gambar.
Lili yang dalam posisi tengkurap segera bergeser ke meja sebelah, mengambil salah satu pensil yang ditata rapi di mejanya itu dengan mulutnya. Lalu ia mulai menggoreskan pensil di atas kertas gambar. Siang itu Lili menggambar dari foto seorang perempuan berjilbab.
“Enak kalau sambil tengkurap. Kalau pakai kursi roda capek karena jarak meja dan mulut sangat jauh,” kata Lili.
Lili semangat sekali. Menurutnya, dari live streaming menggambar di GoPlaydia bisa langsung mendapat virtual gift yang bisa diuangkan dan tidak perlu membuat sensasi hanya sekadar untuk mendapat followers.
“Tidak perlu punya follower banyak dulu biar bis amembantu ibu. Teman-teman di live streaming baik sekali mensuport saya,” kata Lili.
Lili menerima banyak virtual gift dari penonton dan penggemarnya dalam tiap live streaming sepekan bisa sampai 2 hingga 3 kali.
“Nilainya besar sekali lebih dari gaji saya. Senang sekali pokoknya mau buat bantu ibu buka warung penyetan. Penyet tempe, penyet lele, pokoknya warung penyetan gitu untuk tambah pendapatan ayah,” kata Lili.
Untukdiketahui, meski memiliki segudang keahlian tapi kesempatan bagi orang-orang seperti Lili di internet memang belum terlalu banyak.
“Gaji saya tak sampai sebulan Rp 1 juta sebulan di pekerjaan saya sekarang sebagai HRD yayasan difabel, muridnya juga tidak seberapa. Saya sangat bersyukur, sudah cukup. Tapi saya ingin membantu ibu saya. Makanya pendapatan dari live streaming GoPlay mau saya kasihkan semua untuk ibu,” pungkas Lili.
Situ Rohima, Ibu kandung Lili akan membuka warung penyet tempe dan penyet lele, dipinggir jalan Surabaya.