Ayatollah Khamenei: Jika Kami Ingin Membuat Bom Nuklir, AS tidak Bisa Menghentikan Kami

Khamenei menegaskan jika AS menyerang fasilitas nuklir Iran, Iran akan membalas.

EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE HA
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada Rabu (12/3/2025), kembali menegaskan bahwa tidak ada gunanya bernegosiasi dengan Amerika Serikat terkait program nuklir Iran. Khamenei juga menegaskan, bahwa AS tidak bisa menghentikan negaranya, jika Iran ingin membuat bom nuklir.

Baca Juga


"Jika kami ingin membuat bom nuklir, AS tidak akan bisa menghentikan kami. Tapi kami tidak mengejar (kepemilikan) senjata nuklir, dan kami telah menjelaskan alasan kami soal ini sebelumnya," kata Khamenei, dikutip Ynet.

Khamenei juga merespons ancaman dari Presiden AS Donald Trump pekan lalu yang menjadikan aksi militer sebagai opsi jika Iran menolak bernegosiasi. Teheran mengonfirmasi telah menerima surat dari Trump lewat Uni Emirat Arab.

"Saat Presiden AS menyatakan siap bernegosiasi dengan kami, itu adalah sebuah tipuan opini publik. Tidak ada artinya bernegosiasi saat kami tahu pihak lain tidak pernah mempertahankan komitmennya. Tawaran Trump untuk bernegosiasi adalah sebuah upaya yang seakan ia mencari jalan dialog dan damai sambil mencitrakan Iran sebagai pihak yang menolaknya," kata Khamenei.

Merespons ancaman militer Trump jika Iran menolak bernegosiasi, Khamenei menegaskan,"AS mengancam akan mengambil aksi militer, namun itu akan tidak bijak karena Iran akan merespons dengan sebuah serangan balik"

 

Kekuatan militer Iran - (BBC/Reuters)

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi pada Senin (3/3/2025) mengungkapkan bahwa, Iran saat ini mengalami lonjakan produksi uranium di level 60 persen. Iran diprediksi bisa meningkatkan pengayaan uraniumnya ke level bom nuklir atau 90 persen dan mampu memproduksi enam bom nuklir dalam waktu yang cepat.

"Merujuk laporan terkahir saya, stok uranium U-235 Iran meningkat hingga 60 persen telah bertambah 275 kilogram, naik 182 kilogram dalam tiga bulan terakhir. Iran satu-satunya negara non-nuklir yang melakukan pengayaan uranium pada level ini, membuat saya sangat khawatir," kata Grossi dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu.

Grossi mengekspresikan "kekhawatiran serius" atas masalah keamanan yang tidak teratasi, dan menekankan pentingnya mengatasi masalah keamanan itu sehingga mereka bisa percaya diri bahwa program nuklir Iran "hanya untuk perdamaian".



Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan tertutup pada Rabu (12/3/2025) guna membahas stok uranium Iran yang mendekati level bom nuklir. Pertemuan itu digelar atas permintaan 15 anggota di antaranya Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Mereka juga meminta DK PBB untuk membahas kewajiban Iran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menyediakan "informasi yang dibutuhkan untuk mengklarifikasi masalah penting terkait materi nuklir yang tidak terdeklarasikan di beberapa titik lokasi di Iran," ujar salah seorang diplomat.

Negara-negara Barat menilai tidak perlu memproduksi uranium dalam skala seperti yang diproduksi Iran saat ini di bawah kepentingan program sipil, dan tidak ada negara yang tidak membuat bom nuklir pada level pengayaan uranium hingga 60 persen atau lebih. Namun, Iran selalu menegaskan, bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler