1,2 Miliar Orang di Dunia Terancam Bahaya Banjir Ekstrim

Perubahan iklim memicu curah hujan yang semakin besar.

AP Photo/Mahmud Hossain Opu
Seorang pria mendorong gerobaknya melewati air banjir di Sylhet, Bangladesh, Senin, 20 Juni 2022. Banjir di Bangladesh terus mendatangkan malapetaka pada hari Senin dengan pihak berwenang berjuang untuk mengangkut air minum dan makanan kering ke tempat penampungan banjir di seluruh wilayah utara dan timur laut yang luas di negara itu.
Rep: mgrol136 Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data terbaru yang dirilis pada hari Selasa (28/6/2022), sekitar seperempat populasi dunia menghadapi ancaman banjir ekstrem. Setiap tahun, banjir yang disebabkan oleh hujan deras dan gelombang badai mempengaruhi jutaan orang.

Baca Juga


Banjir menghancurkan rumah, infrastruktur, dan bisnis bernilai miliaran dolar. Bahaya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi yang terpapar pada perubahan iklim. Perubahan iklim membuat curah hujan semakin meningkat dan kenaikan permukaan laut.

Studi baru, yang dirilis dalam jurnal Nature Communications, meneliti data global tentang bahaya banjir yang disebabkan oleh curah hujan, sungai, dan laut serta distribusi populasi dan perkiraan kemiskinan Bank Dunia.

Terbukti bahwa lebih dari 1,81 miliar orang, atau 23 persen dari populasi dunia, secara langsung rentan terhadap banjir lebih dari 15 cm dalam banjir yang terjadi setiap 100 tahun sekali.

"Ini akan menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kehidupan dan mata pencaharian, terutama kelompok populasi yang rentan," kata studi tersebut, dilansir dari Phys, Rabu (29/6/2022). 

Menurut penelitian, mayoritas orang yang terkena banjir tinggal di negara berpenghasilan rendah atau menengah. Penelitian ini juga sampai pada kesimpulan bahwa lebih banyak orang yang berisiko dibandingkan perkiraan sebelumnya. 

Menurut penelitian, aktivitas ekonomi global senilai 9,8 triliun dolar AS atau sekitar 12 persen dari PDB dunia pada tahun 2020, terkonsentrasi di tempat-tempat yang rentan terhadap bencana banjir.

Namun, mereka memperingatkan bahwa hanya berfokus pada nilai moneter dapat menyebabkan bias yang menguntungkan negara-negara berpenghasilan tinggi dan pusat-pusat ekonomi.

“Dengan memperhitungkan tingkat kemiskinan dari populasi yang terpapar, kami melihat bahwa negara-negara berpenghasilan rendah secara tidak proporsional terpapar pada risiko banjir,” kata studi oleh Jun Rentschler dari Bank Dunia dan rekan-rekannya. 

 

Risiko yang meningkat 

Secara total, penelitian ini menemukan bahwa 1,24 miliar orang di seluruh dunia rentan terhadap banjir. China dan India merupakan lebih dari sepertiga dari keseluruhan. Ini menentukan bahwa sekitar 780 juta orang yang berpenghasilan kurang dari 5,50 dolar AS per hari berisiko terkena banjir sekali dalam seabad.

Dalam editorial terkait yang diterbitkan di Nature Communications, Thomas McDermott dari Universitas Nasional Irlandia Galway menyatakan bahwa studi tersebut memberikan perkiraan pertama di seluruh dunia tentang interaksi antara paparan risiko banjir, dan kemiskinan.

"Perubahan iklim dan pola urbanisasi berisiko diperkirakan akan semakin memperburuk risiko ini di tahun-tahun mendatang," tambah mereka.

World Weather Attribution, jaringan pakar yang mempelajari dampak perubahan iklim, mengklaim bahwa pemanasan global telah meningkatkan frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem di sebagian besar dunia.

Meskipun para ilmuwan menekankan bahwa penyebab manusia lainnya, seperti keputusan tentang di mana membangun rumah dan infrastruktur, juga berperan, kemungkinan besar perubahan iklim telah membuat banjir di tempat-tempat tertentu menjadi lebih parah.

Lebih dari 500.000 orang terpaksa mengungsi dari China selatan karena banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya bulan ini.

 

Tujuh juta orang di Bangladesh masih membutuhkan tempat berlindung dan bantuan setelah hujan lebat menggenangi sungai-sungai hingga mencapai rekor tertinggi dan menenggelamkan desa-desa pedesaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler