Keutamaan Puasa Dzulhijjah

Puasa Dzulhijjah memiliki banyak keutamaan.

REUTERS / Thaier al-Sudani
Keutamaan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah.
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjelang Hari Raya Idul Adha 2022, umat Islam banyak yang menjalankan ibadah puasa sunnah di Bulan Dzulhijjah. Pada tahun ini, 1 Dzulhijjah 1443 Hijriah jatuh pada Jumat (1/7) lalu, sehingga Hari Raya Idul Adha akan dirayakan pada Ahad (10/7) mendatang.

Baca Juga


Puasa Dzulhijjah sendiri memiliki banyak keutamaan. Puasa Dzulhijjah adalah puasa yang dikerjakan selama 9 hari pertama Dzulhijjah. Di antaranya puasa Tarwiyah yang dilakukan pada 8 Dzulhijjah dan Arafah pada 9 Dzulhijjah.

Dalam buku Hikmah & Rahasia Puasa karya Al-Ghazali dkk dijelaskan, sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Allah SWT telah memilih dalam setahun tiga kali sepuluhan bulan-bulan yang utama yaitu sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan karena Lailatul Qadar, sepuluh hari bulan Dzulhijjah karena adanya hari Tarwiyah, hari Arafah, hari Kurban, Haji, Manasik; dan sepuluh hari bulan Muharram karena terdapat di dalamnya keberkahan hari Asyura.

Orang yang berpuasa pada hari Arafah di bulan Dzulhijjah ini juga akan mendapat pahal yang besar. Diriwayatkan bahwa barang siapa yang berpuasa pada hari Arafah dalam bulan Dzulhijjah, akan dicatat baginya pahala puasa 60 tahun dan akan dicatat namanya di antara orang-orang yang khusyu.

Tidak hanya itu, berpuasa atau melakukan amal saleh di sepuluh hari pertama Dzulhijjah juga termasuk yang paling disukai Allah SWT. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,

ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر. قالوا ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذالك بشيء. (رواه البخاري)

“Tidak ada hari-hari yang amal shalihnya paling disukai oleh Allah SWT daripada hari-hari itu, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Kemudian para sahabat bertanya, ‘Sekalipun jihad fi sabilillah wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, “Sekalipun jihad fi sabilillah, kecauli seorang yang keluar (jihad fi sabilillah) dengan dirinya dan hartanya kemudian tidak kembali.”

Pahala ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah mendapatkan pelipatan pahala dibanding ibadah di bulan lainnya. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Tidak ada hari-hari yang beribadah di dalamnya lebih disukai oleh Allah daripada sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Puasa sehari di dalamnya sama dengan puasa setahun, dan melaksanakan shalat di malam harinya sama dengan melaksanakan shalat di malam Lailatul Qadar.”

Kemudian, diriwayatkan juga bahwa Nabi Musa As bermunajat kepada Tuhan seraya berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah berdoa namun Engkau tidak membalas doaku. Ajarilah aku sesuatu yang dapat aku gunakan untuk berdoa kepada-Mu.”

Allah SWT menjawab, “Apabila tiba sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, ucapkanlah kalimat La ilaha illallah, maka Aku akan mengabulkan hajatmu.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler