Sosok Shinzo Abe, Mantan Perdana Menteri Terlama di Jepang
Shinzo Abe terkenal karena kebijakan luar negeri dan strategi Abenomics
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Shinzo Abe merupakan mantan perdana menteri terlama di Jepang. Dia terkenal karena kebijakan luar negerinya dan strategi ekonomi yang disebut Abenomics.
Sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP), dia meraih kemenangan dua kali. Tugas pertamanya sebagai perdana menteri berlangsung singkat, kurang lebih satu tahun. Namun, dia kembali terpilih menjadi perdana menteri pada tahun 2012. Dia menjabat hingga tahun 2020 lalu mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Saat mulai masa jabatan keduanya, Jepang berada dalam resesi. Kehadiran dia membangkitkan kondisi Jepang yang saat itu terpuruk. Kebijakannya dimulai dengan penerapan pelonggaran moneter, stimulus fiskal, dan reformasi struktur ekonomi.
Baca juga : Selama Menjabat, Shinzo Abe Bangun Ruang Sholat untuk Muslim Jepang
Lahir dari keluarga politik
Abe lahir bukan dari kalangan masyarakat biasa. Dia merupakan putra mantan Menteri Luar Negeri Shintaro Abe dan cucu mantan Perdana Menteri Nobusuke Kishi. Abe pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 1993.
Dia melanjutkan karirnya menjadi anggota kabinet pada tahun 2005. Perdana Menteri Junichiro Koizumi yang saat itu menjabat, mengangkat Abe ke posisi penting sebagai kepala sekretaris kabinet. Karirnya terus meroket dengan menjadi perdana menteri termuda pada tahun 2006 sejak Perang Dunia Kedua. Kala itu, dia berusia 52 tahun.
Pada tahun 2007, dia mengundurkan diri dari jabatannya yang pertama karena alasan kesehatan. Abe diketahui menderita penyakit serius, yaitu radang usus besar. Namun, Abe kembali terpilih sebagai perdana menteri pada tahun 2012.
Baca juga : JK: Shinzo Abe Pemimpin Sangat Baik dan Sahabat Indonesia
Nasionalis yang kontroversial
Dilansir BBC, Jumat (8/7/2022), Abe dikenal karena sikapnya yang keras terhadap pertahanan dan kebijakan luar negeri. Dia lama berusaha untuk mengubah konstitusi pasifis Jepang. Pandangan nasionalisnya sering meningkatkan ketegangan dengan negara tetangga, China dan Korea Selatan.
Ini terlihat terutama setelah kunjungannya tahun 2013 ke kuil Yasukuni di Tokyo, sebuah situs kontroversial yang terkait dengan militerisme Jepang sebelum dan selama Perang Dunia Kedua. Kunjungannya yang berulang-ulang ke kuil itu juga membuat kesal faksi-faksi sayap kiri di Jepang.
Mereka memandang upaya Abe untuk menutupi kekejaman Jepang selama perang. Pada tahun 2015, dia mendorong hak untuk membela diri secara kolektif yang memungkinkan Jepang untuk memobilisasi pasukan di luar negeri untuk membela diri dan sekutu yang diserang. Meskipun ada tentangan, parlemen Jepang menyetujui perubahan kontroversial ini.
Baca juga : Shinzo Abe, PM Jepang Terlama yang Mundur karena Alasan Kesehatan