3,1 Juta Pengungsi Ukraina Sudah Tinggalkan Eropa
Saat ini jumlah warga Ukraina yang masuk dan keluar dari Uni Eropa seimbang.
REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Jumlah pengungsi Ukraina yang menyeberang ke Uni Eropa sudah menurun, bahkan kembali ke fase seperti sebelum Rusia melancarkan invasi. Dari 6 juta warga Ukraina yang mengungsi ke Benua Biru, sekitar 3,1 juta di antaranya pun telah kembali ke rumah mereka.
“Terkait arus pengungsi, situasinya sekarang stabil. Penyeberangan antara Uni Eropa dan Ukraina, jumlahnya (seperti) sebelum perang, (dan) pra-Covid level. Jadi kita kembali seperti jumlah orang yang biasa menyeberang,” ungkap European Commissioner for Home Affairs Ylva Johansson kepada awak media di Praha, Republik Ceko, Senin (11/7/2022).
Dia mengungkapkan, saat ini jumlah warga Ukraina yang masuk dan keluar dari Uni Eropa seimbang. “Saya memperkirakan banyak orang Ukraina di Uni Eropa akan mengambil keputusan sebelum sekolah dimulai; di mana harus sekolah, di negara anggota Uni Eropa atau kembali ke Ukraina untuk memulai sekolah di sana. Saya pikir bulan mendatang, banyak orang akan membuat keputusan apakah mereka akan kembali sekarang atau akan tinggal lebih jauh di sini,” ucap Johansson.
Dia mengatakan, sejauh ini Republik Ceko menjadi negara anggota Uni Eropa dengan jumlah pengungsi Ukraina tertinggi per kapita, Di belakang Ceko, terdapat Polandia, Estonia, Lithuania, Bulgaria, dan Latvia.
Pada akhir Juni lalu, badan penjaga perbatasan Frontex mengungkapkan, sejak Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, lebih dari 6 juta warga Ukraina mengungsi ke Eropa. Namun kini, sekitar 3,1 juta pengungsi sudah kembali ke Ukraina.
Hingga kini pertempuran di Ukraina masih berlangsung. Saat ini Rusia sedang berusaha menguasai Donetsk, wilayah di Ukraina timur yang bersebelahan dengan Luhansk. Sebelumnya Moskow sudah mendeklarasikan bahwa mereka telah berhasil mengambil alih Luhansk dari pasukan Ukraina.
Sebelum menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, Rusia terlebih dulu mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk. Dua wilayah itu dikuasai oleh kelompok separatis pro-Rusia.