Polisi Afrika Selatan Buru Pelaku Penembakan di Bar Soweto
Afrika Selatan merupakan salah satu negara dengan angka pembunuhan tertinggi di dunia
REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Polisi Afrika Selatan memburu lima pelaku penembakan di sebuah bar di Soweto yang melepaskan 137 tembakan dan menewaskan 15 orang akhir pekan lalu. Serangan yang terjadi pada Ahad (10/7) dini hari itu juga melukai sembilan orang.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara dengan angka pembunuhan tertinggi di dunia. Polisi mengonfirmasi beberapa jam sebelumnya terjadi penembakan di sebuah kedai minuman sekitar 500 kilometer selatan Soweto.
Penembakan itu menewaskan empat orang dan melukai delapan lainnya. Pada Kamis (7/7) juga terjadi penembakan dalam perampokan di kedai minuman di Katlehong, Johannesburg. Dua orang tewas dan dua lainnya terluka.
Tiga serangan ini diyakini tidak saling berkaitan. Pembunuhan-pembunuhan ini mendorong amarah masyarakat pada polisi yang gagal mengatasi tingginya kekerasan. "Ini merupakan brutalitas, orang-orang ini benar-benar datang untuk membunuh dan merusak. Kami tidak tahu motif mereka tapi saya jamin kami akan menemukan mereka," kata Menteri Polisi Bheki Cele pada massal yang berkumpul di pemukiman Orlando East, Soweto.
Tim forensik menemukan 137 selongsong peluru AK-47 di lokasi penembakan di Soweto. Cele mengatakan banyaknya peluru yang ditemukan mengindikasi pelaku sempat mengisi ulang amunisi mereka selama pembantaian.
Setiap tahun sekitar 20 ribu warga Afrika Selatan tewas dibunuh. Populasi negara itu sekitar 60 juta jiwa. Organisasi Gun Free South Africa mengatakan saat ini terdapat tiga juta senjata api yang tercatat di negara itu. Tapi diperkirakan jumlahnya lebih banyak yang tersebar di pasar gelap.
Kota-kota seperti Soweto didirikan minoritas kulit putih yang berkuasa sampai tahun 1994. Tapi warisan kemiskinan, pengangguran dan frustasi masih bertahan.