Perdana Menteri Inggris yang Baru akan Diumumkan 5 September

Sudah 11 kandidat yang menyatakan maju dalam perebutan kursi perdana menteri

AP/Alberto Pezzali
Perdana Menteri Boris Johnson membacakan pernyataan di luar 10 Downing Street, London, secara resmi mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, di London, Kamis, 7 Juli 2022. Johnson mengatakan Kamis bahwa dia akan tetap sebagai perdana menteri Inggris sementara kontes kepemimpinan diadakan untuk memilihnya. penerus.
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris yang baru akan diumumkan pada 5 September. Pemungutan suara untuk mengeliminasi para kandidat dalam persaingan yang semakin tak menentu untuk mencari pengganti Boris Johnson akan dilakukan pekan ini.

Sejauh ini sudah 11 kandidat yang menyatakan maju dalam perebutan kursi ketua Partai Konservatif dan perdana menteri usai Johnson mundur karena pemberontakan para menteri dan anggota parlemen dari partainya sendiri.

Kelompok yang menggelar pemilihan ketua Partai Konservatif di parlemen yang disebut komite 1922 mengatakan mereka membutuhkan setidaknya 20 nominasi dari 358 anggota parlemen untuk lolos dalam putaran pertama pemungutan suara yang digelar Rabu (13/7/2022).

Siapa pun yang menerima kurang dari 30 suara akan dieliminasi sebelum pemungutan suara berikutnya pada Kamis (14/7/2022). Demi mendapat dukungan dari rekan-rekan mereka, sebagian besar kandidat berjanji akan memotong pajak bila terpilih.

"Saya sangat ingin kami menyelesaikan ini dengan lancar, bersih dan secepat mungkin," kata ketua Komite 1922 Graham Brady, Senin (11/7/2022).

Para anggota parlemen dari Partai Konservatif akan terus melakukan pemungutan suara sampai kandidatnya tinggal dua. Kemudian pemenangnya ditentukan oleh sekitar 200 ribu anggota Partai Konservatif yang memberikan suaranya lewat pos.

Berdasarkan jajak pendapat di situs Consevative Home mantan Menteri Pertahanan Penny Mordaunt kandidat yang paling populer. Diikuti Menteri Kesetaraan Kemi Badenoch dan mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak yang pengunduran dirinya membantu menjatuhkan Johnson.

"Sepertinya saat ini persaingannya cukup besar, persaingan yang hidup, saya berharap kami memiliki kontes yang sangat konstruktif tapi (juga) kesempatan yang sangat baik untuk perdebatan yang tepat, sehat, konstruktif tentang arah masa depan Partai Konservatif," kata Brady.

Perebutan kursi kekuasaan terjadi di saat yang paling bergejolak dalam politik modern Inggris. Lebih dari 50 menteri dan stafnya mundur, mereka mengecam karakter, integritas, dan ketidakmampuan Johnson menyampaikan kebenaran.

Pemimpin yang baru juga harus menarik dukungan ke Partai Konservatif. Jajak pendapat Savanta ComRes menemukan Partai Buruh memiliki 43 persen dukungan jauh lebih banyak dibandingkan Konservatif yang hanya 28 persen.

Pertarungan kini sudah bersifat personal. Kandidat perdana menteri yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan Sajid Javid mengkritik apa yang ia sebut "gosip beracun" dan "memo-memo serangan" yang dikirimkan sejumlah rekannya pada akhir pekan.

"Ini bukan 'House of Cards' atau 'Game of Thrones' dan orang-orang yang ada di sini hanya karena mereka menikmati permainannya, mereka berada di tempat yang salah, ini waktunya untuk bersatu, bukan terpecah belah," katanya.


sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler