Jepang Peringatkan Gelombang Baru Covid-19

Jepang alami lonjakan kasus baru Covid-19 ke tingkat yang tinggi sejak awal tahun

EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Jepang memperingatkan gelombang baru kasus virus Corona menyebar dengan cepat ke seluruh negara.
Rep: Rizky Jaramaya / Fergi Nadirab Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang memperingatkan gelombang baru kasus virus Corona menyebar dengan cepat ke seluruh negara. Pemerintah menyerukan kepada seluruh warga untuk sangat berhati-hati menjelang akhir pekan dan liburan sekolah musim panas.

Belum lama ini, Jepang mengalami lonjakan kasus baru Covid-19 ke tingkat yang tinggi sejak awal tahun ini. Pada Rabu (13/7/2022), Tokyo mencatat 16.878 kasus baru dan menjadi yang tertinggi sejak Februari. Sementara kasus nasional naik di atas 90 ribu.  

"Kami memiliki total 94.466 kasus baru yang dilaporkan secara nasional, dan pasien yang baru terinfeksi telah meningkat 2,14 kali lipat dibandingkan minggu lalu, dan kami melihat ekspansi yang cepat," kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno pada konferensi pers.

Matsuno mengatakan, penggunaan tempat tidur rumah sakit tetap rendah, begitu pula dengan jumlah kasus serius dan kematian. Fuji News Network melaporkan, Tokyo akan menaikkan tingkat waspada Covid-19 ke level tertinggi.

Perdana Menteri Fumio Kishida dijadwalkan untuk memberikan konferensi pers pada Kamis (14/7) pukul 18:00 waktu setempat. Menurut Kyodo, Kishida kemungkinan akan mengungkapkan upaya untuk mengatasi penyebaran virus korona dan bagaimana menangani inflasi yang dipicu oleh pelemahan yen. Termasuk kenaikan harga bahan bakar setelah invasi Rusia ke Ukraina.

"Jumlah kasus baru meningkat di setiap prefektur di Jepang, dan tampaknya menyebar dengan cepat," kata Menteri Kesehatan Shigeyuki Goto pada awal pertemuan komite tentang penanganan virus korona.  

"Kemungkinan ada dampak lebih lanjut dari tiga hari akhir pekan dan liburan musim panas mendatang," kata Goto.

Secara terpisah, Menteri Pertanahan dan Transportasi, Tetsuo Saito, mengatakan, ini bukan saatnya untuk memulai sistem dukungan dan subsidi untuk perjalanan domestik. Sementara menurut Menteri Ekonomi, Daishiro Yamagiwa, Jepang belum mempertimbangkan pembatasan pergerakan dan aktivitas apa pun.

Pada akhir 2020, Jepang meluncurkan program promosi perjalanan. Tetapi kemudian menghentikannya, di tengah kritik bahwa kebijakan itu telah membantu menyebarkan virus korona lebih luas.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler