Pupuk Indonesia Grup Dukung Teknologi Pertanian Presisi

Pemanfaatan drone untuk pemupukan akan menghemat biaya produksi bagi petani.

Istimewa
PT Pupuk Indonesia (Persero) terus mengembangkan teknologi pertanian presisi, khususnya dalam pemanfaatan drone untuk pemupukan. Anak perusahaan Pupuk Indonesia, PT Petrokimia Gresik, bersama Markplus menggelar uji coba penggunaan drone untuk melakukan pemupukan.
Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- PT Pupuk Indonesia (Persero) terus mengembangkan teknologi pertanian presisi, khususnya dalam pemanfaatan drone untuk pemupukan. Anak perusahaan Pupuk Indonesia, PT Petrokimia Gresik, bersama Markplus menggelar uji coba penggunaan drone untuk melakukan pemupukan.


Pemanfaatan teknologi ini turut mendukung efektifitas pemupukan dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian. SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, menyebutkan pemanfaatan drone adalah upaya untuk melakukan pertanian presisi (precission farming). Adapun uji coba ini dilakukan di salah satu anak usaha Pupuk Indonesia, yaitu di Kebun Percobaan milik PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur.

Drone ini melakukan pemupukan menggunakan pupuk dalam bentuk granul. Ini menjadi hal pertama bagi kami, karena selama ini Pupuk Indonesia Grup menggunakan drone untuk pupuk jenis cair,” ujar Wijaya.

Pemanfaatan drone untuk pemupukan akan menghemat biaya produksi bagi petani. Karena salah satu biaya terbesar dalam budi daya pertanian adalah tenaga kerja. Sedangkan drone dapat dioperasikan oleh satu orang dan mampu melakukan pemupukan antara 40-60 hektara (ha) per hari dengan hasil penyebaran pupuk yang lebih presisi.

Adapun drone penebar pupuk granul ini merupakan milik NAC Thailand yang bekerja sama dengan Markplus. Ke depan, penggunaan drone seperti ini diharapkan dapat melengkapi program Makmur yang selama ini dijalankan oleh Pupuk Indonesia dan anak usahanya untuk membangun ekosistem pertanian yang terintegrasi.

Pupuk Indonesia juga memiliki inovasi terkait penggunaan drone. Inovasi ini memanfaatkan kamera multispektral pada drone yang dapat memberikan data detail untuk menghasilkan rekomendasi pemupukan presisi untuk suatu lahan. Dengan demikian, petani dapat melakukan pemupukan lebih efisien dengan hasil produktivitas yang baik.

Penggunaan kamera multispektral pada drone terbukti memiliki banyak manfaat. Di antaranya dapat menghemat biaya analisis tanah yang biasa dilakukan pada laboratorium, mampu memprediksi unsur hara tanah dan rekomendasi pemupukan secara real time, mengurangi emisi gas rumah kaca akibat pemupukan yang berlebihan, dan sebagainya.

Selain uji coba drone, Petrokimia Gresik, juga menggelar Stadium Generale di Surabaya. Kegiatan ini dihadiri 128 peserta yang terdiri dari mahasiswa pertanian, petani muda, dinas pertanian, dan perusahaan BUMN. Adapun tujuan seminar adalah untuk menyampaikan hasil penelitian Markplus terkait kreativitas dan inovasi perusahaan BUMN.

PT Pupuk Indonesia (Persero) terus mengembangkan teknologi pertanian presisi, khususnya dalam pemanfaatan drone untuk pemupukan. Anak perusahaan Pupuk Indonesia, PT Petrokimia Gresik, bersama Markplus menggelar uji coba penggunaan drone untuk melakukan pemupukan. - (Istimewa)
 

Dalam kesempatan tersebut, founder sekaligus chairman Markplus, Hermawan Kartajaya, mengajak stakeholder pertanian di Indonesia untuk belajar teknologi pertanian dari Thailand. Hermawan pun mengapresiasi langkah Pupuk Indonesia yang menugaskan Petrokimia Gresik untuk menjadi percontohan perdana penggunaan drone untuk pupuk jenis granul. Karena ia berharap ada alih teknologi untuk kemajuan pertanian di Tanah Air.

“Di bidang pupuk tanah air, Pupuk Indonesia Grup ini adalah yang terbesar. Jadi kita memang mengutamakan Pupuk Indonesia Grup untuk kolaborasi ini,” jelas Hermawan.

Sementara itu, Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menyebutkan pengenalan teknologi digital pertanian mampu menarik minat generasi muda. Mengingat generasi muda sangat identic dengan teknologi dan segala sesuatu yang bersifat praktis.

“Sejak pandemi Covid-19, terdapat kenaikan angkatan kerja muda untuk sektor pertanian, dari 18 persen menjadi 20 persen lebih. Ini adalah angin segar bagi sektor pertanian Indonesia yang harus terus kita dorong dengan kemajuan teknologi,” jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler