Kenali Gangguan Saluran Cerna, Apakah Selalu Berbahaya?
Gangguan yang sering muncul pada saluran pencernaan dapat berupa mual muntah, nyeri ulu hati, GERD, dispepsia, konstipasi-diare, perdarahan saluran cerna hingga inflammatory bowel disease.
ruzka.republika.co.id--Sistem pencernaan adalah sekelompok organ yang bekerja sama untuk mengubah makanan menjadi energi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Gangguan pada sistem pencernaan dapat mengganggu fungsi tubuh secara keseluruhan. Gangguan yang sering muncul pada saluran pencernaan dapat berupa mual muntah, nyeri ulu hati, GERD, dispepsia, konstipasi-diare, perdarahan saluran cerna hingga inflammatory bowel disease.
Konstipasi merupakan salah satu faktor risiko wasir. Ketika pembuluh darah di dalam dan sekitar anus dan rektum bagian bawah menjadi bengkak dan teriritasi ini disebut wasir. Hal ini terjadi ketika adanya tekanan ekstra pada pembuluh darah tersebut. Wasir biasanya ditandai adanya darah pada feses, biasanya sangat umum terjadi pada pria maupun wanita.
Sekitar setengah dari semua orang akan menderita wasir pada usia 50 tahun, namun hal ini patut diwaspadai karena merupakan salah satu gejala kanker kolon. Endoskopi menjadi salah satu jenis prosedur untuk melihat kondisi organ tubuh tertentu, salah satunya organ pencernaan. Prosedur ini dapat membantu dokter melihat kondisi organ dan membantu dalam penegakkan diagnosis. Terdapat beberapa gejala yang mungkin membutuhkan endoskopi.
Seminar Awam Bicara Sehat kali ini hadir memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh dr. Wahyu Ika Wardhani, M.Biomed, M.Gizi, Sp.GK(K) yang merupakan Dokter Spesialis Gizi Klinik RSUI.Narasumber pertama dr. Mita Hafsah Saraswati, Sp.PD, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUI membawakan materi “Nyeri Ulu Hati, Kapan Perlu Endoskopi?”.
Mengawali materinya beliau menjelaskan definisi dari nyeri yaitu pengalaman emosional dan sensasi tidak menyenangkan yang terkait dengan atau menyerupai kerusakan jaringan yang telah terjadi atau berpotensi untuk terjadinya kerusakan. Nyeri sifatnya subjektif, berbeda-beda pada tiap individu.
Kemudian dokter Mita juga menjelaskan letak ulu hati karena banyak masyarakat yang belum tahu. Ulu hati terletak di bagian bawah iga, disana tidak hanya ada lambung, namun ada juga organ-organ lain di baliknya, misalnya hati, pankreas, empedu, dan saluran esofagus (saluran menuju lambung). Oleh karena itu, nyeri ulu hati tidak hanya melulu akibat kerusakan dari lambung, bisa jadi akibat radang di usus halus, radang pankreas, radang batu empedu, maag organik (ketika diperiksa ada luka pada lambung), maag fungsional (hanya rasa tidak nyaman saja), GERD, bahkan bisa diakibatkan serangan jantung.
"Masyarakat harus lebih berhati-hati, jangan menyamakan semua nyeri ulu hati dengan sakit maag. Oleh karena itu penting untuk dievaluasi oleh dokter” terang dokter Mita.
Dia juga menjelaskan terkait endoskopi. Endoskopi adalah prosedur pemeriksaan medis untuk melihat organ tertentu menggunakan endoskop (berupa selang elastis dengan lampu dan kamera optik di ujungnya) yang dimasukkan ke dalam tubuh.
"Endoskopi tidak hanya digunakan untuk mendiagnosis, tapi juga bisa sebagai alat skrining dan terapi. Endoskopi pun jenisnya bermacam-macam, tidak hanya dimasukkan melalui mulut, ada juga jenis lainnya seperti artroskopi, bronkoskopi, histeroskopi, kolonoskopi, laparoskopi, dan ERCP," jelas dokter Mita.
Namun pada pembahasan kali ini, dokter Mita lebih menjelaskan pada endoskopi saluran cerna atas. Prosedur endoskopi diantaranya pasien dibius terlebih dulu, dimasukkan alatnya, kemudian dokter bisa melihat gambarannya dimonitor. Dokter dapat melihat bagaimana kondisi kerongkongan, lambung dan usus halus pasien.
Beberapa gangguan yang bisa dideteksi diantaranya peradangan lambung, adanya benjolan, adanya erosi di kerongkongan akibat asam lambung naik, adanya tukak/luka di lambung dan usus halus. Jika ditemukan gambaran benjolan, dokter biasanya akan mengambil jaringannya, karena dikhawatirkan ada keganasan/kanker.
Endoskopi dilakukan apabila terdapat indikasinya, diantaranya ada gejala nyeri ulu hati yang tidak ada perbaikan dengan pengobatan; adanya tanda alarm seperti gejala terjadi pada pasien berusia >50 tahun, ada nyeri/kesulitan menelan (bukan karena sakit tenggorokan), terjadinya penurunan berat badan (bukan karena diet), adanya perdarahan saluran cerna (misalnya berupa muntah darah atau BAB hitam), muntah yang terus menerus; refluks berulang meskipun sudah diberikan terapi; anemia yang dicurigai bersumber dari saluran cerna; adanya kelainan pada pencitraan saluran cerna; atau tertelan zat korosif (terminum pembersih lantai dan pembersih pakaian).
Endoskopi juga dapat dilakukan untuk skiring selain untuk mendiagnosis, diantaranya untuk skrining kanker lambung (pada pasien dengan keganasan saluran cerna pada keluarga), skrining keganasan saluran cerna atas dengan sindrom poliposis, skrining varises esofagus pada pasien dengan sirosis, skrining keganasan pada pasien dengan riwayat tertelan korosif, serta pemeriksaan untuk menilai kerusakan saluran cerna yang kemungkinan memengaruhi terapi.
Endoskopi yang dilakukan untuk terapi diantaranya sebagai tatalaksana lesi perdarahan saluran cerna atas, pencegahan pecah varises kerongkongan, dengan ligasi varises (mengikat), mengambil benda asing (misalnya tertelan koin), pemasangan selang makan (pada kasus tertentu jika ada benjolan pada kerongkongan dibantu dengan endoskopi untuk memasukkan selangnya), mengambil polip, pelebaran lesi penyempitan di kerongkongan, dan tatalaksana pasien pasca operasi apabila dibutuhkan.
Dokter Mita menyarankan agar masyarakat segera berkonsultasi ke dokter jika nyeri dirasakan berat, menggangu tidur, menetap hingga beberapa jam, nyeri memburuk dari waktu ke waktu, nyeri menjalar hingga ke leher dada dan bahu serta adanya tanda-tanda alarm yang telah disebutkan sebelumnya.
"Penyebab nyeri ulu hati dapat bervariasi tidak hanya dari lambung, bisa pula dari usus, pankreas, jantung dan lain-lain. Sehingga sebaiknya kita selalu waspada dan jangan melakukan self diagnosis, berkonsultasilah kepada dokter.” paparnya diakhir sesi.
Narasumber kedua dr. Aris Ramdhani, Sp.B. Dokter Spesialis Bedah RSUI membawakan materi “BAB Berdarah, Tanda Penyakit Apa, ya?”. Diutarakan, bahwa permasalahan buang air besar cukup sering dihadapi terutama pada orang yang usianya diatas 25 tahun.
BAB berwarna hitam dan berdarah dapat menjadi tanda adanya gangguan saluran pencernaan, dan membutuhkan tindakan endoskopi untuk mendiagnosisnya.Seseorang dikatakan mengalami ambeien saat BAB abnormal, terdapat bantalan pada anus yang keluar dan menyebabkan gejala mengedan yang membuat keluarnya benjolan dan gangguan pola BAB. Penyebabnya masih belum jelas dan dapat dipastikan dengan anuskopi (hanya membuka sedikit anus, dengan teropong kecil).
Pengobatan ambien tergantung pada derajat penyakitnya, dapat dilakukan dengan non bedah atau bedah. “Sekitar 15% pasien ambeien yang membutuhkan tindakan pembedahan, sisanya dapat ditangani dengan modifikasi pola hidup, misalnya dengan meningkatkan konsumsi serat dan air putih, pemberian laxative untuk melembutkan feses, merendam dengan cairan antiseptik, pemberian anti nyeri, menjaga kebersihan daerah anus, serta pemberian krim steroid untuk mengurangi pembengkakan agar tidak nyeri” tutur dokter Aris.
Menurut dokter Aris mengatakan bahwa tindakan operasi dilakukan jika kondisi ambeien tidak merespon terhadap terapi konservatif berulang, dan terjadi prolaps (penonjolan) dari hemoroid dan membutuhkan reduksi manual.
Antusiasme peserta sangat tinggi berbagai pertanyaan juga dilontarkan pada seminar kali ini, diantaranya pertanyaan terkait bagaimana membedakan kembung dengan gejala keganasan saluran cerna dan bagaimana menjaga kesehatan saluran cerna.
Dokter Mita menjawab bahwa keganasan saluran cerna untuk diagnosis awal sulit karena gejala tidak khas, bahkan ada jenis kanker tertentu misalnya kanker pankreas yang painless. Riwayat keluarga juga perlu dievaluasi karena itu sebagai faktor risiko.Beberapa langkah menjaga saluran cerna seperti mengelola stres, konsumsi makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang, jangan langsung berbaring setelah makan, tingkatkan konsumsi air putih, sayur dan buah-buahan, hindari mengonsumsi makanan manis dan minuman bersoda, serta jangan terlalu mudah minum antibiotik jika tidak diperlukan karena dapat memengaruhi flora di usus kita.
Terdapat pertanyaan pula yang ditujukan ke Dokter Aris, mengenai pencegahan ambeien atau wasir pada ibu hamil.
Dokter Aris menjawab, umumnya pembuluh vena di anus pada ibu hamil melebar akibat adanya peningkatan tekanan di bagian perut, sehingga aliran darah lebih lambat, dan terjadi penumpukan dan penggumpalan di daerah tersebut. Sehingga disarankan agar ibu hamil lebih meningkatkan asupan serat baik sayur-sayuran dan buah serta minum air putih yang cukup.
Bagi Sahabat RSUI yang masih penasaran mengenai keluhan atau pertanyaan terkait disfungsi ereksi, dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.
RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI. (Rusdy Nurdiansyah)