WHO Nyatakan Wabah Cacar Monyet Darurat Global

Cacar monyet dilaporkan telah meluas di lebih dari 70 negara. 

ANTARA/M. Irfan Ilmie
Pengunjung mengamati berbagai jenis hewan piaraan yang dijual pedagang di Pasar Shilihe yang dikenal sebagai pasar binatang piaraan dan barang-barang antik terbesar di Beijing, China, Sabtu (18/6/2022). Otoritas kesehatan setempat pada 15 Juni 2022 mengeluarkan peringatan pengetatan impor binatang untuk menghindari penularan wabah cacar monyet di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. WHO Nyatakan Wabah Cacar Monyet Darurat Global
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar monyet atau monkeypox adalah situasi luar biasa yang sekarang telah memenuhi syarat sebagai darurat global. Wabah ini dilaporkan telah meluas di lebih dari 70 negara. 

Baca Juga


 

Atas kondisi ini, badan internasional ini menyebut perlu upaya lebih untuk menanganinya. Perlu tindakan untuk mengobati penyakit yang dulu pernah terjadi dan kemungkinan membuat adanya perebutan vaksin. 

 

Dilansir dari Al Arabiya, Sabtu (23/7/2022), meskipun cacar monyet telah ditemukan di beberapa bagian Afrika tengah dan Barat selama beberapa dekade, cacar monyet tidak diketahui memicu wabah besar di luar benua. Sementara saat ini telah menyebar luas di antara orang-orang hingga Mei, ketika pihak berwenang mendeteksi puluhan epidemi di Eropa, Amerika Utara, dan tempat lain.

 

WHO menekankan, mendeklarasikan keadaan darurat global berarti wabah cacar monyet adalah peristiwa luar biasa yang dapat menyebar ke lebih banyak negara. Kondisi ini membutuhkan respons global yang terkoordinasi.

 

Juni lalu, kasus akibat infeksi virus monkeypox dan orthopoxvirus sudah sampai 200 kasus di Amerika Serikat. Para ahli memperingatkan  virus itu bermutasi lebih banyak dari perkiraan.

 

Data terkini dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan mayoritas kasus berada di Kalifornia, New York, dan Illinois. Sementara itu, pejabat kesehatan Kentucky mengumumkan kemungkinan kasus pertama di negara bagian itu. Namun, para ilmuwan mencatat wabah itu berpotensi berkembang jauh lebih besar daripada jumlah kasus saat ini. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler