Ketika Barcelona 'Menggadaikan' Masa Depannya demi Utang

Barcelona mengambil risiko besar dengan pengajuan utang yang besar ke berbagai pihak.

AP/John Locher
Pemain Barcelona Raphinha, kanan, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Real Madrid pada babak pertama pertandingan persahabatan Sabtu, 23 Juli 2022, di Las Vegas.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Pengujung musim 2020/2021, tepatnya pada akhir 2020 hingga awal 2021, menjadi periode yang sangat sulit buat Barcelona. Tidak hanya soal peforma tim utama Blaugrana di atas lapangan, tragedi juga menimpa klub asal Katalunya itu dalam aspek pengelolaan klub. 

Baca Juga


Borok manajaemen klub yang dipimpin oleh Joseph Maria Bartemou mulai terbuka. Ujungnya, Bartemou mengundurkan diri dari kursi Presiden Barcelona pada 27 Oktober 2020. Kepergian Bartemou tidak serta merta menyelesaikan masalah Blaugrana. Eks tangan kanan Presiden Barcelona sebelumnya, Sandro Rossel, itu meninggalkan Barca dalam lilitan utang. Dalam laporan keuangan pada tahun anggaran 2020, Barcelona diketahui memiliki utang sebesar 1,35 miliar euro. Sebagian besar utang Barcelona ini diketahui berupa hutang kepada bank, yang mencapai 673 juta euro. 

Joan Laporta, yang terpilih sebagai pengganti Bartemou pada Maret 2021, tidak bisa berbuat banyak. Sosok yang pernah memimpin Barcelona pada 2003 hingga 2010 akhirnya harus menyusun strategi baru untuk bisa membawa Blaugrana keluar dari krisis keuangan. Empat bulan berselang usai ditunjuk sebagai Presiden Barcelona, Laporta langsung mengumbar optimisme. 

''Barcelona akan bisa bangkit dalam satu satu setengah tahun mendatang. Saya mulai bisa menatap, kondisi keuangan klub ini akan kembali sehat,'' ujar Laporta seperti dikutip Reuters, Agustus tahun lalu. 

Krisis keuangan yang dialami Barcelona pada awal musim lalu seolah sudah menjadi rahasia umum di panggung industri sepak bola Eropa. Banyak pihak yang memprediksi, Barcelona masih akan kesulitan untuk bisa membangun tim yang kompetitif pada musim 2022/2023, terutama via perekrutan pemain bintang pada awal musim ini. Namun, Barcelona terbukti masih bisa menggeliat di jendela transfer musim panas kali ini. Bahkan, juara Coppa del Rey musim 2020/2021 itu masih bisa mendatangkan salah satu penyerang paling subur di pentas Eropa dalam tiga musim terakhir, Robert Lewandowski. 

Penyerang asal Polandia itu direkrut Barcelona dari Bayern Muenchen dengan nilai transfer mencapai 50 juta euro. Perekrutan Lewandowski itu melengkapi keberhasilan Barca mendatangkan bintang Leeds United, Raphinha, dengan nilai transfer mencapai 59 juta euro. Hanya berselang kurang dari satu tahun setelah dinyatakan terlilit utang yang sangat besar, Barcelona justru mampu menghabiskan dana sebesar 109 juta euro untuk mendatangkan pemain anyar. 

Kondisi ini belum termasuk dengan besaran gaji yang harus dibayarkan Barcelona terhadap dua pemain tersebut, ditambah dua pemain yang didatangkan secara gratis, Franck Kessie dan Andreas Christensen. Pun dengan besaran gaji dalam kontrak baru yang telah ditandatangani oleh winger asal Prancis, Ousmane Dembele. Pernyataan terbuka pelatih Bayern Muenchen, Julian Nagelsmann, yang menyasar kemampuan Barcelona mendatangkan pemain-pemain bintang meski tengah terlilit hutang seolah mewakili keheranan pada penggemar sepak bola. 

''Klub yang disebut tengah berada dalam krisis, masih bisa mendatangkan pemain yang mereka mau. Ini terlihat aneh sekaligus gila,'' kata Nagelsmann. 

Untuk berada di titik ini, Barcelona sebenarnya telah melakukan berbagai langkah staregis, apabila tidak mau disebut pertaruhan, dalam upaya menyuntikan dana segar ke keuangan klub. Tidak seperti Manchester City ataupun PSG, yang bisa mendapatkan dana segar dari pemilik klub, Barcelona harus bisa putar otak dalam upaya menyeimbangkan neraca keuangan klub. 

Menjual 15 persen dari keuntungan hak siar di pentas La Liga dalam 25 tahun mendatang kepada lembaga investasi asal Amerika Serikat, Sixth Street, menjadi langkah teranyar Barcelona dalam mendapatkan dana segar, tengah pekan lalu. Dari kesepakatan tersebut, Barcelona disebut-sebut akan mendapatkan dana sebesar 300 juta euro. 

Berdasarkan lansiran ESPN, suntikan dana ini nantinya dapat digunakan Barcelona, tidak hanya soal peluang menambah perekrutan pemain anyar, tapi juga untuk bisa lolos dari kemungkinan pelanggaran batasan gaji La Liga pada musim depan. 

''Dalam beberapa pekan terakhir, kami terus berkolaborasi dan mencari kesepahaman dengan Sixth Street untuk mencapai target jangka panjang dalam kerjasama ini,'' kata Laporta. 

Ini menjadi kesepakatan kedua yang dicapai antara Barcelona dengan Sixth Street. Pada awal bulan lalu, Barcelona sudah setuju melepas 10 persen keuntungan hak siar dari La Liga kepada Sixth Strett. Total, Sixth Street telah memiliki 25 persen dari keuntungan hak siar yang didapat Barcelona dari La Liga dalam 25 tahun mendatang dengan total nilai investasi mencapai 527,5 juta euro. 

Pada musim 2020/2021, Barcelona diketahui mendapatkan pemasukan hak siar di La Liga sebesar 165,6 juta euro. Dengan mengacu pada angka tersebut, termasuk kemunkinan inflasi, Sixth Street akan mendapatkan sekitar 41,4 juta euro per musim. Ujungnya, selama 25 tahun, Sixth Street digadang-gadang akan mendapatkan pemasukan lebih dari 1 miliar euro dari kesepekatan itu. Ini bukan langkah pertama yang dilakukan manajemen Barcelona dibawah kendali Laporta. Sebelumnya, Barcelona juga telah melepas 49,9 persen dari Barca Licensing dan Merchandising (BLM), perusahaan yang menjual dan memegang lisensi produk-produk dengan jenama Barcelona. Tidak hanya itu, Barcelona juga telah mencapai kesepakatan sponsorhip dengan Spotify. Perusahaan penyedia streming audio digital itu akan menjadi sponsor utama Barcelona dalam empat tahun mendatang, termasuk dalam hak penamaan Stadion Camp Nou menjadi Stadion Spotify Camp Nou. 

Kabarnya, nilai kerjasama itu menyentuh angka 280 juta euro. Ambisi Laporta untuk bisa membuat kondisi keuangan klub bisa kembali sehat dalam satu setengah tahun sepertinya berada di trek yang tepat. Namun, dengan berbagai ancaman inflasi dan kondisi keuangan global pada masa mendatang, langkah yang diambil Barcelona itu tetap memiliki resiko tersendiri. Langkah ini bisa menjadi solusi jangka pendek, tapi ada resiko yang harus ditanggung Barcelona dalam jangka panjang. ''Pada dasarnya, Barcelona seperti menggadaikan masa depannya sendiri. Mereka seolah berkata, 'Kami akan mendapatkan uang pada masa mendatang. Jadi, kalian, para investor, sebaiknya memberikan kami uang terlebih dahulu pada saat ini'. Ini bukan langkah yang buruk, tapi cukup berisiko,'' tulis laporan ESPN.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler