Prof Zullies: Swamedikasi Aman untuk Penderita Alergi

Swamedikasi berarti penderita alergi dapat minum obat sendiri tanpa resep dokter.

www.freepik.com
Bersin alergi (ilustrasi). Penderita alergi dapat melakukan swamedikasi untuk meredakan gejalanya.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita alergi, baik pilek alergi maupun gatal alergi, tidak harus menyambangi dokter untuk meredakan alerginya. Mereka bisa langsung membeli obat antialergi di apotek.

Obat antialergi loratadin telah masuk kategori obat bebas terbatas (tanpa resep dokter). Pakar farmasi Prof Zullies Ikawati menjelaskan, hal itu disebut swamedikasi alergi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan secara mandiri untuk mengobati gejala penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Baca Juga



"Ini melibatkan peran apoteker. Peran konseling apoteker pada pasien dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gejala alergi, mengingat di Indonesia, penderita alergi bertambah 30 persen setiap tahunnya," kata Prof Zullies pada webinar #RedakanAlergimuBestie besutan Bayer, dikutip Selasa (26/7/2022).

Swamedikasi dan kemampuan tata laksana mandiri amat perlu karena alergi bisa datang dan pergi sewaktu-waktu tanpa diprediksi, sedangkan seseorang tidak bisa selalu datang ke dokter. Menurut Prof Zullies, sebagian besar alergi juga bisa diatasi dengan obat tanpa resep sesuai panduan apoteker.

Selain konsumsi obat, seseorang perlu melakukan langkah preventif menghindari pencetus alergi. Jika seseorang alergi terhadap debu, hindari paparan debu dengan mengenakan masker. Apabila alergi udang, tentunya jangan menyantap hidangan tersebut. Begitu pun dengan jenis alergi yang lain.

Prof Zullies membagikan kiat langkah swamedikasi aman. Pertama, kenali dahulu gejala alergi yang dimiliki. Setelah itu, seseorang perlu mengidentifikasi pemicu alergi.

Cegah timbulnya alergi dengan menghindari pemicu tersebut. Jika tak bisa terhindarkan, siapkan obat alergi.

Terkait mekanisme alergi, Prof Zullies mejelaskan bahwa reaksi alergi melibatkan senyawa histamin yang akan bekerja pada reseptornya menghasilkan gejala-gejala alergi, entah berupa gatal, hidung tersumbat, kemerahan, dan lainnya.

Untuk mengatasi itu, perlu obat yang dapat menghambat kerja histamin, yakni antihistamin. Salah satu yang bisa menjadi pilihan adalah loratadine.

"Loratadine merupakan antihistamin generasi dua yang tidak/sangat sedikit menyebabkan efek samping mengantuk," ungkap Prof Zullies.

Beda pilek alergi dengan pilek akibat flu
Sebagian orang mungkin belum mengetahui perbedaan antara pilek alergi dengan pilek yang disebabkan oleh flu. Medical lead di Bayer Consumer Health, Riana Nirmala Wijaya, menjelaskan pilek alergi dan pilek karena flu sama-sama menyebabkan penyumbatan, hidung meler, bersin, dan susah napas.

Flu bisa musiman, sementara pilek alergi terjadi ketika seseorang terpapar alergen. Pilek karena flu disertai demam, sakit kepala, pegal, meriang, dan tidak enak badan.

"Pilek alergi ditandai dengan hidung gatal serta mata berair dan gatal," ungkap Riana.

Menurut Riana, alergi tidak dibatasi usia atau jenis kelamin. Alergi bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.

Akan tetapi, kebanyakan kasus alergi dijumpai pada usia produktif karena banyaknya aktivitas yang dilakukan sehingga berpotensi terpapar alergen.  Secara medis, alergi tidak mengenal istilah kesembuhan, tapi terkontrol atau tidak.

Baik pilek alergi maupun gatal alergi bisa membuat pengidapnya merasa sangat tidak nyaman dan menghambat aktivitas keseharian. Oleh karena itu, penderita alergi dianjurkan melakukan swamedikasi (pengobatan mandiri) alergi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler