Warga China Tuding Dior Lakukan Apropriasi Budaya untuk Koleksi Terbarunya
Koleksi terbaru Dior dinilai meniru desain rok klasik China dari dinasti Ming.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenama fashion mewah Dior dituduh melakukan apropriasi budaya dengan meniru desain rok klasik yang berasal dari dinasti Ming. Menurut laporan New York Post, banyak pemrotes yang terdiri atas mahasiswa China turun ke jalan-jalan di Paris untuk berdemonstrasi di depan toko Christian Dior di Avenue des Champs-Elysees.
Mereka juga mengancam akan menggelar protes serupa di kota-kota mode global New York (AS) dan London (Inggris_. Pakaian yang dimaksud, menurut laporan dan unggahan media sosial, adalah rok lipit hitam seharga 3.800 dolar AS atau sekitar Rp 56,6 juta dari koleksi musim gugur Dior.
Topik perampasan budaya atau apropriasi budaya telah dibahas secara luas di seluruh dunia dan jenama global didesak lebih bijak dalam hal pemasaran dan penjualan produk mereka. Sederhananya, apropriasi budaya adalah sebuah konsep di mana seseorang mengadopsi identitas yang dimiliki oleh budaya, etnis dan atau ras lain, melalui pakaian dan atau rias wajah mereka tanpa menyadari atau mengakui implikasi moral dan sosial darinya.
Dior menyatakan bahwa koleksi itu menyoroti gagasan komunitas dan persaudaraan dalam penampilan dengan daya pikat seragam sekolah. Tetapi para pemrotes di China mengklaim itu adalah tiruan dari rok tradisional 'Mamian' atau 'horse face' yang populer di China selama masa dinasti Ming yang berlangsung antara 1368 hingga 1644.
"Yang disebut siluet Dior sangat mirip dengan rok horse face China. Ketika detailnya banyak yang sama, mengapa Dior tanpa malu-malu menyebutnya sebagai desain baru dan siluet ciri khas Dior?" kata warganet, seperti dilansir Indian Express, Kamis (28/7/2022).
Satu-satunya perbedaan yang mencolok adalah bahwa sementara rok Dior panjangnya sebetis. Sementara itu, rok horse face yang asli panjangnya menjuntai hingga ke lantai.