Gampang Marah? Yuk Kenali Cara Mengelola Amarah ala Stoikisme

retizen /Muhammad Hasyim Romadani
.
Rep: Muhammad Hasyim Romadani Red: Retizen

Ilustrasi orang marah (pexels.com/cottonbro)


Stoikisme dalam beberapa waktu terkahir tengah ramai diperbincangkan, baik di media sosial maupun di kehidupan nyata. Hal itu disebabkan oleh cara pandang Stoikisme yang menarik dalam menyikapi berbagai persoalan hidup, termasuk dalam hal ini adalah emosi amarah.

Orang yang gampang terpicu oleh amarah akan tahu betapa merugikannya sifat yang dimilikinya itu. Orang yang gampang marah memiliki potensi lebih besar untuk terlibat suatu konflik, memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain, atau bahkan menyakiti mereka. Lalu apakah ada cara untuk mengelola amarah? Jawabannya ada, berikut ini penulis telah merangkum beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengelola amarah ala Stoikisme dari karya Lucius Annaeus Seneca berjudul On Anger atau De Ira.

Membiasakan Diri Mengatur Amarah Sedini Mungkin

Kata-kata pepatah yang berbunyi “bisa karena terbiasa” pada bagian ini sangat cocok untuk mewakili ajaran Stoikisme. Amarah tidak akan pernah bisa seseorang kelola apabila tidak pernah dicoba kelola, di sini tindakan langsung sangat dibutuhkan. Seseorang dianjurkan melakukan kebiasaan ini sedari kecil agar setelah bertumbuh dewasa amarah tidak lagi menjadi masalah yang perlu dikhawatirkan.

Pikirkanlah Kembali Apa yang Membuat Anda Marah

Cara yang selanjutnya adalah memberi waktu pada diri sendiri untuk berpikir, apakah sesuatu kejadian yang tengah menimpa kita perlu untuk disikapi dengan amarah? Tundalah kemarahan dan pertimbangkanlah sesuatu sebelum bertindak. Tanpa hal itu seseorang bahkan bisa marah pada benda mati yang ia anggap merugikannya, seperti marah pada pintu yang susah dibuka, marah pada genteng bocor saat musim hujan, dan marah pada banyak hal lain yang sebenarnya tidak memiliki kesadaran.

Cobalah Bijak dalam Melihat Kesalahan Orang Lain

Setelah melakukan cara-cara di atas belum tentu amarah kita dapat benar-benar di atasi. Pasalnya ada hal yang bisa memicu suatu amarah, utamanya manusia. Makhluk yang sedari awal merupakan tempatnya salah dan lupa.

Oleh karena itu tindakan yang bisa seseorang lakukan selanjutnya adalah berbuat bijak dengan memaafkan. Mustahil ada seseorang yang tidak memiliki kesalahan, saat kita mengerti akan hal ini, kesalahan yang orang lain lakukan pada kita jauh bisa dimaklumi.

Menjauhi Konflik

Langkah selanjutnya untuk menghindari kemarahan adalah menjauhi konflik. Bila konflik itu terjadi antara kita dengan orang yang kita kenal,seperti teman, keluarga, hingga pasangan, cobalah untuk mengingat ikebaikan-kebaikannya. Sebaliknya, bila konflik tersebut disulut oleh orang yang tidak kita kenal, ingatlah hal-hal baik yang kita dapatkan ketika menghindarinya. Bukankah lebih baik mengalah dan tidak memicu masalah? dengan begitu kita mengurangi potensi terpicunya masalah dan amarah lain.

Pilihlah Lingkungan yang Tepat

Saat seseorang menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemarah, langkah yang tepat untuk dilakukan adalah menghindari segala hal yang dapat memicu amarahnya. Seperti pekerjaan yang banyak menuntut, dan tidak sesuai harapan, setidaknya masih dalam batas tidak terlalu memaksakan diri. Hindari kelelahan fisik seperti lapar, haus, dan sejenisnya. Karena keadaan tubuh yang tidak optimal dapat membuat seseorang lebih mudah tersinggung dari pada saat berada dalam kondisi bugar.

Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah lingkungan pertemanan. Cobalah memilih teman yang ramah, tegas, dan bisa mengerti situasi dan kondisi kita. Karena dengan begitu mereka tidak akan memancing kemarahan.Di sisi lain seseorang yang mudah marah juga dianjurkan milikilah teman yang mengikuti dan mengagumi pandangan dan gagasannya. Karena hal itu dapat membuat seorang pemarah merasa memiliki dukungan.

Apabila sudah merasa sangat berat untuk menahan amarah, cobalah mengalihkan fokus pada sesuatu yang menyenangkan untuk menenangkan diri, seperti keluar mencari udara segar, dan pergi ke tempat-tempat yang nyaman.

Langkah-langkah dalam mengelola amarah ini dapat dibaca selengkapnya dalam karya Lucius Annaeus Seneca, salah satu pemikir Stoik yang memiliki banyak pengaruh dan prestasi dalam hidupnya. Manusia memang tidak bisa menyelesaikan semua masalah yang ada dalam hidupnya, tapi ia bisa memilih untuk mencoba menyelesaikannya perlahan-lahan atau membiarkannya begitu saja. Seperti pada kasus mudahnya seseorang terpicu amarah.

sumber : https://retizen.id/posts/168714/gampang-marah-yuk-kenali-cara-mengelola-amarah-ala-stoikisme
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler