Virus Cacar Monyet Bisa Bertahan di Air Mani Hingga Beberapa Pekan Setelah Sembuh

Cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual.

CDC
Foto dari tahun 1997 ini disediakan oleh CDC selama penyelidikan wabah cacar monyet di Republik Demokratik Kongo (DRC), sebelumnya Zaire. Permukaan punggung tangan penderita cacar monyet tampak penuh ruam khas. Peneliti dari Portugal menemukan virus cacar monyet dapat bertahan di air mani hingga beberapa pekan setelah sembuh.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus monkeypox bisa bertahan di air mani penderita cacar monyet hingga beberapa pekan setelah sembuh. Meski begitu, ahli menekankan bahwa cacar monyet bukan penyakit menular seksual.

"Peluruhan (shedding) DNA virus monkeypox bisa terjadi di air mani orang yang terinfeksi selama berpekan-pekan setelah gejala muncul," jelas peneliti Francesca Colavita dari laboratory of Virology di National Institute for Infectious Diseases 'Lazzaro Spallanzani' (IRCCS), Italia, seperti dilansir Times Now News, Ahad (7/8/2022).

Melalui sebuah studi, Colavita dan timnya menganalisis sampel air mani dari seorang pasien pria berusia 39 tahun. Sampel tersebut diambil sekitar lima hingga 19 hari setelah gejala cacar monyet muncul.

Pasien pria tersebut mengaku melakukan hubungan seksual dengan sesama pria dan juga pekerja seks. Dalam beberapa bulan terakhir, pasien pria tersebut juga melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dengan beberapa pasangan seksual berjenis kelamin pria.

Tim peneliti juga mengungkapkan bahwa pasien pria tersebut terinfeksi HIV dan memiliki riwayat infeksi menular seksual. Pasien pria ini dirawat di rumah sakit sekitar lima hari setelah gejala cacar monyet muncul.

Beberapa gejala yang dirasakan oleh pasien tersebut adalah demam dan kemunculan banyak lesi di sekitar anus dan lesi tunggal di kepala, dada, kaki, lengan, dan penis. Pasien ini pernah menerima satu dosis vaksin smallpox (cacar) di masa kanak-kanak, sekitar lebih dari 30 tahun lalu.

Baca Juga


Berkaitan dengan temuan ini, Colavita mengungkapkan bahwa ada kemungkinan virus monkeypox bisa ditularkan melalui aktivitas seksual, khususnya untuk kasus-kasus cacar monyet pada wabah kali ini. Akan tetapi, hal ini masih akan diinvestigasi lebih lanjut, mengingat pasien pria tersebut mengidap HIV.

"Kita tak bisa mengenyampingkan kemungkinan dampak dari disregulasi imun kronis terkait HIV pada peluruhan virus monkeypox berkepanjangan di dalam air mani," kata Colavita.

Asal usul cacar monyet. - (Republika)


Studi juga mengungkapkan bahwa DNA virus monkeypox tidak ditemukan pada urine dan sampel darah. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan DNA virus monkeypox pada air mani bukan disebabkan oleh kontaminasi silang dari sumber lain.

Selain pada pasien pria berusia 39 tahun tersebut, tim peneliti juga mendeteksi DNA virus monkeypox pada 11 sampel air mani yang diambil 14 pasien cacar monyet. Tim peneliti juga mengisolasi dan mereplikasi virus dari dua pasien yang mengidap HIV.

Bukan penyakit menular seksual

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) menjelaskan, cacar monyet  tidak masuk dalam kelompok penyakit infeksi menular seksual. Kategori penyakitnya tidak berubah meskipun kasusnya banyak terjadi pada populasi pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria.

Perwakilan Perdoski, Prasetyadi Mawardi, mengatakan, cacar monyet dominan dialami pria yang melakukan hubungan seksual dengan pria lantaran adanya kontak erat. Ia menjelaskan, kontak erat dengan orang terkonfirmasi cacar monyet akan memudahkan terjadinya penularan penyakit yang telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan di New York, Amerika Serikat itu.

Selain itu, individu-individu yang memiliki komorbiditas atau orang dengan status kekebalan tubuhnya relatif rendah juga berisiko tinggi terkena cacar monyet. "Apapun virusnya akan membuat individu-individu itu menjadi lebih lama sembuh, lebih berat penyakitnya dibandingkan individu-individu yang sehat," kata Prasetyadi dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Selasa (2/8/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Monkeypox PB Ikatan Dokter Indonesia, Hanny Nilasari, kembali menegaskan bahwa banyaknya kasus pada kelompok pria yang berhubungan intim dengan pria disebabkan oleh kontak erat, yakni melalui sentuhan fisik dengan pasien cacar monyet. "Kontak seksual tentu melakukan kontak yang sangat erat dari kulit ke kulit atau mukosa ke mukosa, itu bisa mentransfer virusnya," ucapnya.

Hanny mengakui ada permintaan vaksin cacar monyet dari kelompok LGBT yang khawatir tertular karena merasa mereka menjadi populasi yang berisiko. Namun, vaksin untuk cacar monyet belum disetujui oleh BPOM meskipun sudah ada dua vaksin yang menjadi rekomendasi dari (Center for Disease Control and Prevention (CDC) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler