Pendidikan Berspektif Gender
Pendidikan Berspektif Gender
Maraknya persoalan diseputar perempuan mulai dari kesetaraan hak, pembedaan perlakuan, kekerasan dalam rumah tangga, tenaga kerja hingga perdagangan perempuan adalah persoalan-persoalan yang sering muncul dalam topik setiap perbincangan gender. Tema-tema ini mendominasi pembicaraan di setiap kajian gender yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pentingnya memahami tentang kesetaraan gender.
Persoalan yang muncul ketika kehadiran kaum perempuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti, politik, budaya dan pendidikan, diidentikkan dengan perlambang ‘kelemahan’ sebagai konsekwensi kudrati dari realitas ‘makhluk kedua’, menjadi tema kritik yang intensif dan selalu dikedepankan. Disamping itu, pendidikan memegang peran penting dalam aspek kehidupan yang ikut mempergunakan paradigma gender sebagai pisau analisis dalam mengkaji eksistensi (keberadaan) kaum perempuan, terkait dengan nilai-nilai kesetaraan dan persamaan perlakuan. Penggunaan paradigma gender dalam dunia pendidikan lebih diarahkan pada upaya pemberian kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki.
Berbicara tentang proses pendidikan, tanpa disadari pada pendidikan formal seorang guru sering melakukan pembedaan seperti tersebut di atas, seperti : lebih memilih siswa laki-laki untuk membantunya menggeser meja dan kursi kantor dari pada siswa perempuan. Sebaliknya, seorang guru sudah terbiasa meminta pertolongan siswa perempuan untuk membersihkan dan menata ruang kantor, demikian pula dengan membuatkan minuman untuk guru, daripada siswa laki-laki.
Dari hal-hal inilah maka pendidikan yang seperti ini mampu memberikan pengaruh mental terhadap kebiasaan keseharian yang terbangun dalam diri guru dan siswa nantinya. Bisa jadi, perkembangan mental siswa yang hingga saat ini masih dirasakan berbeda antara laki-laki dan perempuan, merupakan salah satu konsekwensi logis dari pola perlakuan yang ditemukannya, baik dalam lingkungan pendidikan keluarga maupun di sekolah. Perbedaan dimaksud bisa diamati dari dominasi penetapan cita-cita masa depan mereka.
Konsep Pendidikan Berspektif Gender
Pendidikan berperspektif gender dimaksudkan dengan pendidikan yang mengedepankan persamaan pemaknaan perhatian, dan perlakuan terhadap siswa, antara perempuan dan laki-laki. Persamaan tersebut diaplikasikan dalam semua aktivitas di lingkungan pendidikan, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Di samping itu, penyamaan juga dilakukan dalam segala hal dengan tidak membedakan atau memihakkan aktivitas kepada jenis kelamin tertentu.
Pendidikan berspektif gender juga merupakan pola pendidikan yang mengedepankan penghargaan dan penilaian atas prestasi individu dengan tanpa membedakan jenis kelamin siswa. Landasan yang mendasar dalam konteks ini adalah menumbuhkan pemahaman bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda. Perbedaan dimaksud tidak disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, akan tetapi lebih disebabkan oleh kesempatan dan kesediaan pengembangan potensi kedirian siswa masing-masing.
Konsep pendidikan berperspektif gender dapat juga diartikan sebagai pembiasaan untuk menghargai perbedaan sebagai sebuah kekuatan dalam relasi saling mengisi dan memberi. Pemaknaan seperti ini didasarkan pada pemahaman bahwa perbedaan, terutama perbedaan jenis kelamin, adalah sebuah kesejatian kudrati yang tidak terlahir dari kehendak manusia.
Konsep Pendidikan Gender di Sekolah
Pendidikan sekolah merupakan tempat yang strategis untuk menjadikan manusia paham tentang kesetaraan gender. Keberhasilan dari pola pendidikan berspektif gender sangat bergantung pada keseriusan pelaku didik yang berwujud dalam pembiasaan keseharian aktivitas.
Dalam lembaga pendidikan formal, keseriusan dapat dilihat dari bagaimana seorang guru merancang sebuah kelas yang tidak dilakukan dengan membedakan antara siswa perempuan dan laki-laki. Demikian pula dengan perancangan guru terhadap pemberian tugas kepada siswanya yang tidak memperhatikan pembedaan jenis kelamin siswanya.
Penguatan konsep pendidikan gender di sekolah dapat direalisasikan mulai dari penetapan rancangan pembagian tugas dalam beberapa kegiatan ekstra kurikuler. Pada bagian lain, pendidikan berperspektif gender dapat dilakukan melalui pembiasaan keseharian di lingkungan sekolah. Pemberian tugas tambahan kepada siswa, seharusnya tidak lagi didasarkan pada perbedaan jenis kelamin siswa, akan tetapi pada keinginan untuk menjalin ikatan emosional antara guru dengan siswanya.