Abdurresid Ibrahim, Sosok yang Dihormati Umat Islam di Jepang
IHRAM.CO.ID, TOKYO -- Abdurresid Ibrahim, seorang musafir Tatar-Turki tiba di Jepang pada 1900 setelah berkeliling Asia dan menerbitkan risalah dua jilid berjudul "Dunia Islam". Dia mengamati situasi sosial ekonomi masyarakat sekitar dan mendakwahkan Islam kepada mereka, serta mendirikan asosiasi untuk tujuan tersebut.
Bahkan setelah 78 tahun kematiannya, ia tetap menjadi kekuatan pemersatu komunitas Muslim di Jepang. Kemariannya pun akan diperingati pada hari ini (17/8/2022) nanti. Ibrahim lahir di Omsk, wilayah Siberia Rusia, dari keluarga Tatar-Turki pada 1857. Dirinya mulai belajar di madrasah pada usia tujuh tahun.
Ia datang ke Istanbul untuk melanjutkan pendidikan dan kembali ke rumah pada 1884, setelah mempelajari ilmu-ilmu keislaman selama lebih dari empat tahun di Madinah.
Setelah bertemu dengan beberapa intelektual, seperti Ahmed Vefik Pasha dan Muallim Naci, ia menulis artikel untuk surat kabar Umran berjudul "Masa Depan Muslim Rusia."
Ibrahim, yang melakukan perjalanan ke Eropa pada 1896 dan menjelaskan masalah umat Islam di Rusia, meninggalkan Istanbul pada 1897. Ia lantas memilih untuk pergi dan mengunjungi Palestina, Hijaz dan Mesir.
Dia kemudian melakukan perjalanan melalui Italia, Austria, Prancis, Bulgaria, Yugoslavia dan Rusia Barat, sebelum mencapai Jepang melalui Kaukasus dan Siberia.
Dilansir di Anadolu Agency, Rabu (17/8/2022), kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang tahun 1904-1905, disebut-sebut juga berimplikasi pada masyarakat Muslim di bawah kekuasaan Rusia.
Di Tokyo, tempat tinggalnya, Ibrahim mendakwahkan Islam kepada beberapa negarawan Jepang. Di sisi lain, ia juga berupaya menjalin hubungan dengan keluarga kekaisaran.
Dia lantas mendirikan asosiasi "Ajia Gikai" untuk mempromosikan Islam di Jepang dan berusaha membangun sebuah masjid di Tokyo. Setelah turunnya Sultan Utsmaniyah Abdulhamid II, ia menunda keinginannya untuk membangun masjid dan melakukan perjalanan ke Korea pada 1909.
Dirinya memutuskan kembali ke Istanbul pada 1910 dan memberi tahu orang-orang Ottoman tentang Jepang. Ibrahim, yang pernah tinggal di provinsi Konya selama tahun-tahun awal Türkiye, mulai melakukan perjalanan lagi setelah hidup menyendiri di sana.
Ketika musafir itu kembali ke Jepang pada 1933, ia mulai membangun sebuah masjid pada tahun 1934, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Tokyo di ibu kota.
Dengan orang Jepang yang kaya menutupi pengeluaran pembangunan masjid, bangunan ibadah ini selesai pada 1938. Dirinya kemudian ditunjuk sebagai imam atau pemimpin shalat pertama masjid tersebut.
Masjid Tokyo, warisan spiritual Ibrahim yang meninggal 78 tahun yang lalu pada 17 Agustus 1944, mempromosikan harmoni dan persatuan masyarakat Islam Jepang.
Sosok pengembara yang dimakamkan di Pemakaman Tama Tokyo ini, dikenang oleh komunitas Muslim pada peringatan kelahiran dan kematiannya.