Tiga Gejala Terbaru Diabetes Tipe 2

Studi di Inggris ungkap tiga gejala terbaru diabetes tipe 2.

Prayogi/Republika.
Tes gula darah (Ilustrasi). Studi di Inggris menemukan tiga gejala baru yang dialami oleh pengidap diabetes tipe 2..
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi telah mengungkap tiga gejala terbaru dari diabetes tipe 2. Studi menunjukkan bahwa orang dengan diabetes tipe 2 menderita sakit punggung (39,7 persen), mengalami depresi (25,7 persen), dan menderita osteoartritis (15,7 persen).

Dr Jonathan Pearson-Stuttard selaku kepala Analisis Kesehatan di Lane Clark & Peacock (LCP) menyebut temuan itu tidak terduga. Karena hingga kini, baik depresi maupun nyeri punggung tidak dipertimbangkan secara rutin dalam pedoman klinis atau pencegahan untuk pasien diabetes.

Merujuk pernyataan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), indikator umum yang mungkin disadari sebagai tanda diabetes adalah kelelahan yang berlebih, terus-menerus merasa haus, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Mereka yang berisiko terhadap kondisi tersebut juga harus waspada terhadap tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Penelitian terhadap 224 ribu pasien diabetes tipe 2 yang dilakukan oleh National Institute for Health and Care Excellence (NICE), firma analitik LCP, dan Imperial College London juga mengungkapkan bahwa retinopati atau penyakit retina sekarang termasuk di antara lima komorbiditas umum teratas di antara orang-orang dengan diabetes tipe 2. Komorbiditas didefinisikan sebagai penyakit atau kondisi terpisah yang mungkin dimiliki seseorang di samping penyakit utama mereka.

Baca Juga


Dr Pearson-Stuttard selaku penulis utama studi tersebut mengatakan, hipertensi dan penyakit jantung diperkirakan umum dialami pada pengidap diabetes tipe 2. Namun, temuan terbaru bahwa nyeri punggung, depresi, dan osteoartritis sangat umum terjadi, sangatlah tidak terduga.

Jenis-jenis tes gula darah. - (Republika)


Menurut Dr Pearson-Stuttard, studi ini menyoroti luasnya penyakit yang dihadapi oleh orang yang hidup dengan diabetes tipe 2. Namun, kondisi ini bukan bagian dari pedoman klinis dan pencegahan rutin.

"Temuan ini bisa mendorong peningkatan kesehatan penduduk, ketidaksetaraan, dan pada gilirannya kesejahteraan ekonomi," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler