Delapan Mitos Soal Cacar Monyet, Jangan Mudah Percaya

Cacar monyet tidak menyebar di udara tetapi ditularkan melalui kontak langsung.

Republika
Mitos soal cacar monyet (ilustrasi)
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit cacar monyet muncul ketika masyarakat masih berjuang menghadapi Covid-19. Anda mungkin telah mendengar banyak hal tentang penyakit tersebut. Apalagi sejak Juli, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global.

Baca Juga


Seiring dengan menyebarnya kasus cacar monyet, begitu juga informasi yang salah tentang penyakit ini. Seperti dilansir Men's Health, Selasa (24/8/2022), berikut ini delapan mitos soal cacar monyet yang sebaiknya tidak Anda percaya:

1. Cacar monyet adalah penyakit baru

CDC mencatat, cacar monyet pertama kali ditemukan pada 1958. Dua wabah penyakit, yang disebabkan oleh virus dalam family yang sama dengan yang menyebabkan cacar, ditemukan pada monyet yang dipelihara untuk penelitian. Sementara kasus pada manusia pertama terjadi pada tahun 1970. Sebelum wabah 2022, sebagian besar kasus cacar monyet dilaporkan di negara-negara Afrika tengah dan Afrika barat

2. Satu-satunya gejala cacar monyet adalah ruam

Ruam adalah gejala cacar monyet yang paling umum, dan penyakit ini tentu saja menyebabkan lesi kulit. Menurut CDC, gejala cacar monyet tidak hanya ruam tetapi juga meliputi demam, sakit kepala, sakit otot dan sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, dan kelelahan. Ada juga sakit tenggorokan; hidung tersumbat dan batuk; serta ruam seperti jerawat atau melepuh pada atau di sekitar alat kelamin, anus, tangan, kaki, dada, wajah atau mulut yang mungkin terasa gatal atau nyeri. Ruam akan melalui tahapan, termasuk keropeng dan akhirnya sembuh.

3. Sangat mudah mengetahui apakah Anda menderita cacar monyet

Ruam cacar monyet dapat terlihat berbeda setiap orang. Paulette Gray Riveria, seorang dokter kedokteran keluarga dengan platform kesehatan virtual PlushCare, mengatakan bahwa ruam mungkin awalnya terlihat seperti gigitan serangga dan terasa gatal. Tapi kemudian ruamnya berkembang dengan cara yang berbeda.

Gigitan serangga cenderung bentol di awal dan kemudian menjadi rata saat sembuh. Sementara ruam cacar monyet, bagaimanapun, dimulai tanpa bentol dan menjadi muncul benjolan berisi cairan, transisinya yang bisa memakan waktu hingga sepekan. Mungkin juga terasa gatal dan nyeri, tetapi lesi pada akhirnya akan berkeropeng dan hilang.

“Jika Anda terkena cacar monyet atau mulai mengalami ruam, hubungi dokter atau rumah sakit terdekat. Dokter mungkin mengambil sampel jaringan dari lesi terbuka dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diuji,” kata dia.

4. Cacar monyet adalah infeksi menular seksual (IMS)

Dr Riveria menegaskan bahwa cacar monyet bukan IMS. Namun, itu menyebar melalui kontak dekat yang sering dari kulit-ke-kulit. Itu mungkin melibatkan seks, tetapi juga mencakup banyak hal lain.

Ini artinya, jika seseorang memiliki virus, mereka dapat menyebarkannya tidak hanya melalui seks oral, anal atau vagina, tetapi juga lewat ciuman, pelukan atau jabat tangan. Para ilmuwan masih bekerja untuk memahami apakah cacar monyet dapat menyebar melalui air mani, cairan vagina, feses atau urin, tetapi orang hamil dapat menyebarkan virus ke bayinya.

5. Cacar monyet adalah virus yang ditularkan melalui udara

Direktur eksekutif American Public Health Association, Georges Benjamin, menegaskan bahwa cacar monyet tidak menyebar di udara tetapi ditularkan melalui kontak pribadi langsung dengan orang yang terinfeksi virus. Misalnya lewat ciuman, jabat tangan, hubungan seks atau minum dari cangkir yang sama.

6. Vaksin cacar monyet tersedia secara luas untuk siapa saja

Ada dua vaksin yang dapat mencegah cacar monyet, tetapi saat ini persediaannya terbatas di AS, setelah para pejabat menunda pemesanan vaksin. Pemerintah setempat mendistribusikan sekitar 1,1 juta dosis, meskipun pejabat kesehatan mengatakan sekitar 3,5 juta diperlukan untuk mengurangi wabah.

Lebih banyak dosis dikatakan sedang dalam perjalanan. CDC menyarankan bahwa siapa pun yang pernah terkena cacar monyet atau yang berisiko lebih tinggi terkena virus harus divaksinasi.

Baca juga : Lampung Perketat Masuknya Penyakit Cacar Monyet

7. Cacar monyet tidak dapat diobati

Meskipun tidak ada obat atau pengobatan yang ditargetkan untuk cacar monyet, cacar monyet dapat diobati dengan obat antivirus, termasuk TPOXX, yang digunakan untuk mengobati cacar. Namun, obat antivirus ini belum tersedia. Dr Benjamin menyarankan untuk menghubungi dokter untuk mengetahui perawatan yang tersedia sehingga Anda bisa mengelola gejala cacar monyet di rumah dengan penghilang rasa sakit yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau asetaminofen.

8. Cacar monyet hanya memengaruhi komunitas LGBTQ+

Siapapun bisa terkena cacar monyet. Namun menurut New England Journal of Medicine, saat ini orang dengan risiko tertinggi adalah pria yang berhubungan seks dengan pria dan memiliki banyak pasangan seks.

9. Cacar monyet kemungkinan besar menyebabkan malapetaka besar seperti Covid-19

Dr Benjamin meragukan itu karena cacar monyet tidak bisa menyebar lewat udara dan tidak menyerang sistem pernapasan. “Bahkan dengan peningkatan kasus cacar monyet, kami tidak melihat persentase kematian dan penyakit parah yang kami alami pada tahap awal pandemi Covid-19,” kata dia.

Baca juga : Pemerintah Segera Tambah Tempat Tes PCR untuk Cacar Monyet

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler