Orang Tua Perlu Meregulasi Emosinya Dulu, Hindari Overthinking, Sebelum Menstimulasi Anak

Orang tua perlu menghindari overthinking saat memberikan stimulasi emosi anak.

Republika/Thoudy Badai
Anak dan orang tuanya bermain di kawasan Taman Puring, Jakarta, Ahad (2/1/2022). Stimulasi emosi anak perlu dilakukan dengan gestur yang konkret, seperti dengan bermain bersama anak.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emosi anak dapat memengaruhi banyak hal, termasuk kehidupan sosialnya. Terapis bermain dari Tentang Anak, Grace Melia Kristanto, mengingatkan bahwa orang tua perlu meregulasi emosinya terlebih dahulu dan menghindari overthinking sebelum mengajarinya kepada anak.

Overthinking ditandai dengan terlalu jauh memikirkan bentuk stimulasi yang akan diberikannya pada anak. Ayah dan ibu terlalu sibuk berkutat dengan ketepatan bentuk stimulasi dan aspek perkembangan yang akan terstimulasi.

"Itu semua dibuang dulu, dan kalau aku lebih suka menggunakan gestur yang konkret," ujar Grace dalam webinar yang diadakan Tentang Anak pada Kamis (25/8/2022).

Baca Juga



Gestur yang konkret ini contohnya bermain bersama anak dan masuk ke dalam dunia bermain anak. Dengan begitu, orang tua bisa menyampaikan koneksi yang terfokus pada anak.

Ayah dan ibu tidak perlu menggunakan permainan yang rumit. Hanya dengan membaca buku bersama saja kemesraan itu bisa sangat terasa bagi anak.

"Dan, jangan lupa merawat diri supaya kita juga bisa mengatur waktu dan energi. Karena musuh kita untuk main sama anak itu adalah kalau kita udah capek dan rempong, semua jadi terburu-buru, jadi manajemen waktu dan energi juga penting," kata Grace.

Menurut Grace, menerapkan teori parenting pada anak memang sangat baik, tapi perlu juga disesuaikan dengan realita yang dijalani atau dihadapi oleh anak. Di samping itu, orang tua juga harus sabar dan terus belajar memahami anak, karena anak pasti mencontoh perilaku sekitarnya.

Psikolog dari Tentang Anak, Grace E Sameve, mengingatkan pentingnya menetapkan dan menerapkan batasan secara konsisten. Melarang anak memang akan memberikan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan, tapi seiring waktu itu akan membuat anak mengerti batasan tersebut.

"Menurut saya, batasan-batasan tersebut boleh ditetapkan lalu diterapkan secara konsisten, dan itu menjadi hal yang penting," kata Grace.

Grace juga mengatakan orang tua sebaiknya tidak melakukan diagnosis mandiri dan dengan mudah melabeli anak dengan trauma. Trauma tidak terjadi seketika, sekedar terjatuh sekali lalu langsung trauma.

Ada penyebab-penyebab lain yang memengaruhinya. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk mendatangi ahlinya dan berkonsultasi tentang kemungkinan pengalaman traumatis tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler