Sarapan tidak Tersedia di Rumah, Anak-Anak Cenderung Alami Masalah Perilaku

Kebiasaan sarapan memengaruhi suasana hati, harga diri, dan tingkat kecemasan anak.

www.freepik.com.
Nasi goreng untuk sarapan anak (Ilustrasi). Tidak sarapan di rumah dapat berdampak pada konsekuensi yang buruk bagi kesehatan perilaku anak.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimana kebiasaan sarapan Anda atau anak-anak selama ini? Apakah lebih sering di luar rumah atau malah tidak sarapan sekali?

Jika seperti itu, mungkin sudah saatnya segera mengubah kebiasaan tersebut. Sebuah penelitian baru menunjukan betapa pentingnya sarapan sehat yang disediakan dari rumah.

Hasil studi menemukan bahwa tidak sarapan di rumah dapat berdampak pada konsekuensi yang buruk bagi kesehatan perilaku anak. Para ilmuwan di Spanyol telah menemukan orang-orang muda yang sempat sarapan di rumah alih-alih di luar cenderung memiliki lebih sedikit masalah perilaku.

Studi nasional tersebut memeriksa hampir 4.000 orang tua dari anak berusia empat hingga 14 tahun tentang kebiasaan sarapan dan kesehatan psikososial anak mereka. Peneliti melihat bahwa kebiasaan sarapan dapat memengaruhi suasana hati, harga diri, dan tingkat kecemasan. Hal itu terlepas dari apa yang sebenarnya tidak disukai anak untuk sarapan, dan di mana mereka memakannya.

Dr José Francisco López-Gil dari Universitas Castilla-La Mancha dan timnya, menemukan bahwa sarapan di luar rumah, hampir sama merusak dan merugikannya dengan tidak sarapan sama sekali.

"Sebagian besar fakta menunjukan bahwa sarapan yang dibuat dan disiapkan di rumah cenderung lebih sehat dan lebih kaya nutrisi daripada yang dibeli dengan terburu-buru dalam perjalanan ke sekolah," demikian laporan penelitian, dikutip dari The Sun, Kamis (25/8/2022).

Apa yang membuat sarapan bisa memberi rasa hangat dan meningkatkan suasana hati si kecil?

Baca Juga


Para peneliti menemukan bahwa kopi, susu, teh, cokelat, kakao, yoghurt, roti, roti panggang, sereal, dan kue kering, semuanya dikaitkan dengan kemungkinan masalah perilaku yang lebih rendah. Jadi, jika anak kerap meminta roti cokelat saat hendak sekolah, mereka mungkin memang membutuhkan sesuatu yang menyenangkan dari rumah.

Sementara itu, makanan sarapan kaya protein yang dilengkapi telur, keju, dan ham juga secara mengejutkan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi. Ham, khususnya, merupakan makanan yang telah menjalani banyak proses, seperti halnya bacon.

Dr López-Gil mengatakan temuan ini memperkuat seruan bahwa sarapan bukan hanya bagian dari rutinitas gaya hidup sehat, tetapi juga penting disiapkan dan dimakan di rumah. Selain itu, guna mencegah masalah kesehatan psikososial, sarapan yang mengandung susu dan/atau sereal, serta meminimalkan makanan hewani tertentu yang tinggi lemak jenuh/kolesterol, dapat membantu mengurangi masalah kesehatan psikososial pada anak muda.

Mungkin bukan hanya kualitas makanan di rumah yang membuat perbedaan bagi kesehatan mental dan sosial anak muda. Akan tetapi, kebiasan itu juga berkaitan dengan manfaat berbagi makanan bersama keluarga, dan dukungan yang diberikan saat sarapan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler